Senin, 24 Oktober 2011

fadilah dzikir

MAKALAH
IBADAH PRAKTIS
FADILLAH DZIKIR, DAN KAIFIAT TAHLIL
Dosen pembimbing: H. Fachrurozy


Disusun oleh:

HAMLAN
(AI 101104)

HIDAYAT
(AI 1011 )


FAKULTAS SASTRA DAN KEBUDAYAAN ISLAM
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INGGRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt, berkat rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan petunjuk dan kekuatan-Nya sehingga kami (penulis) dapat menyelesaikan makallah Ibadah praktis.
Dan tidak lupa solawat beriring salam kami curahkan kepada junjungan kami Nabi besar Muhammad saw yang telah memberikan sinar kedamaian dan keimanan bagi seluruh umat manusia.
Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makallah untuk tugas dengan judul fadillah dzikir dan kaifiat tahlil.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua yang telah berjasa memberikan motivasi dan modal demi terangkainya makallah ini.
2. Dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan makallah ini.
3. Dan semua pihak yang terlibat membantu dalam penyelesaian makallah ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makallah ini , masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan dan penyusunan.

Jambi,01 juni 2011


penulis






BAB 1
FADILLAH DZIKIR


A.Fadillah dzikir
Allah SWT Berfirman Dalam surat Al – ahzab 41- 42 yang Artinya : "Wahai Orang-orang yang beriman sebut-sebutlah nama Allah SWT sebanyak-banyaknya. Sucikanlah nama tuhannya pagi maupun sore hari. “

Dalam Ayat lain Q.S Al – Anfal 45 yang artinya : "Maka sebutlah nama Allah SWT sebanyak – banyaknya demikian itu akan melembutkan dirimu. "

Q.S Al – Imran 141 yang artinya : " Dan mereka yang menyebut nama Allah dalam keadaan berdiri dan duduk mengharap ampunan dari Allah SWT."

Bersabda nabi Muhammad SAW yang diwahyukan dari Abu Darda, berkata Rasullah SAW : " Maka Ketahuilah amalan yang paling terbaik dari amal kalian & mengangkat derajat kalian setelah kalian mendirikan solat, berzakat, berpuasa dan berhaji ada yang lebih dari pada itu. “Berkata Sahabat :"Apa itu ya Rasululla SAW..? " Maka Rasulullah SAW bersabda : "Ingat kepada Allah dalam keadaan terang-terangan maupun tersembunyi".

Dari Abu Daud Al-Khudri bertanya kepada Rasulullah SAW : "Apakah amalan yang lebih utama nanti di hari kiamat..?" Bersabda Rasulullah SAW : "memperbanyak menyebut-nyebut nama Allah SWT". Bertanya lagi Sahabat: "Bagai mana dengan jihad fi sabilillah ya Rasulullah…?".Bersabda Rasulullah SAW : "Walaupun mereka memukulkan pedangnya sehingga keluar darah kepada musuhnya lebih afdol berzikir kepada Allah SWT atas-Nya dan di angkat derajatnya oleh Allah SWT".

Diriwayatkan dari Turmidzi dari Abdullah bin Umar ra, sesunguhnya Rasulullah SAW telah bersabda : "Tidaklah seseorang menyebut di muka bumi Allah SWT ini subahanallah walhamdulillah wa lailahailallah wallahuakbar, tanpa kecuali terleburlah semua kesalahanya walaupun dosanya seluas lautan". (riwayat Hakim shohih).

Menyebut-nyebut nama Allah SWT dan memperbanyak menyebut nama-Nya didalam membaca Al-Qur'an maupun asmaul husna menjadikan orang tersebut dari kerugian di hari kiamat sebagai mana yang diriwayatkan dari Baihaqi dari Aisah radiallahanha bersabda Rasulullah SAW: "Tidak lah semua anak cucu adam dalam keadaan rugi di hari kiamat kecuali orang yang mengingat-gingat Allah SWT di dalam dunia".


Hati itu bagaikan batu cincin maka gosoklah iya dengan berzikir ke pada Alah SWT sehingga iya mengeluarkan cahaya/kilauan, maka orang yang meninggalkan zikir dia akan mendapatkan dua kegelapan hati :
1.Kegelapan gugurnya dosa
2.Kerasnya hati
Tidaklah keduanya akan sirna kecuali dengan berzikir kepada Allah SWT.


Ayat Allah SWT di dalam Al-Qur’an dalam surat Al-Hajj 46 yang artinya : “Sesunguhnya mata-mata mereka tidak buta akan tetapi mata-mata mereka melihat”, apa yang menyebabkan mereka buta mengingat Allah SWT, yang menyebabkan mereka buta adalah mata hati mereka yang ada di dalam dada mereka dalam mengingat Allah SWT”.

B.Keutamaan membaca kalimat Laa ilaha illallah
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) disembah melainkan Allah” (QS. Muhammad, 47:19)
“Dan sebaik-baik perkataan yang aku ucapkan demikian pula yang diucapkan para nabi sebelumku adalah kalimat Lailahaillah (tirmidzi)
Dalam hadist sohih Rasulullah SAW bersabda:Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan: Laa ilaaha illallah, barang siapa telah mengucapkan: Laa ilaaha illallah, maka harta dan dirinya terlindung dariku, kecuali dengan sebab syara, sedangkan perhitungannya (terserah) pada Allah.
Rasulullah saw bersabda: “Bahwasannya Allah Ta’ala mengharamkan api neraka menjilat orang yang berkata Laa ilaha illallah yang tujukan hanya kepada Allah semata-mata (HR. Bukhari Muslim)
Allah berfirman: “Wahai Musa, seandainya tujuh langit dan penghuninya selain Aku dan tujuh bumi diletakkan di salah satu daun timbangan dan ‘LAA ILAAHA ILLALLAH’ diletakkan di daun timbangan lainnya, niscaya ‘LAA ILAAHA ILLALLAH’ lebih berat dari itu semua”

Kalimat yang agung ini mempunyai banyak keutamaan, dalam risalah yang berjudul Kalimatul Ikhlas Al Hafidz ibnu Rajab menyebutkan sebagiannya, antara lain:
1.Ia merupakan harga surga
2.Barangsiapa mengucapkannya di akhir hayatnya, ia pasti masuk surga
3.Ia menjadi penyelamat dari kekekalan neraka
4.Ia menjadi sebab diampuninya seluruh dosa
5.Ia merupakan kebajikan yang terbaik
6.Ia dapat menghapus dosa dan kesalahan
7.Ia mampu memperbaharui iman dan qalbu
8.Ia mampu membuka tabir sampai berjumpa dengan Allah Ta’ala bagi orang yang jujur dalam mengucapkannya
9.Ia merupakan doa terbaik yang diucapkan oleh para Nabi.
9. Ia menjadi pengaman kesengsaraan kubur dan kedahsyatan hari dikumpulkannya seluruh mahluk
10.Ia menjadi syiar orang-orang mukmin tatkala dibangkitkan dari kubur
11.Ia menjadi kunci dibukanya delapan pintu surga, hingga bisa masuk lewat pintu manapun yang disukai
12.Ia dapat mengeluarkan seseorang dari siksa neraka sekecil apapun amalnya


BAB II
KAIFIAT TAHLIL

A.kaifiat tahlil
Telah kita maklumi bersama bahwa acara tahlilan merupakan upacara ritual seremonial yang biasa dilakukan oleh keumuman masyarakat Indonesia untuk memperingati hari kematian. Secara bersama-sama, berkumpul sanak keluarga, handai taulan, beserta masyarakat sekitarnya, membaca beberapa ayat Al Qur’an, dzikir-dzikir, dan disertai do’a-do’a tertentu untuk dikirimkan kepada si mayit. Karena dari sekian materi bacaannya terdapat kalimat tahlil yang diulang-ulang (ratusan kali bahkan ada yang sampai ribuan kali), maka acara tersebut dikenal dengan istilah “Tahlilan”.
Sebenarnya acara tahlilan telah lama menjadi pro dan kontra di kalangan umat Islam. Sebagai muslim sejati yang selalu mengedepankan kebenaran, semua pro dan kontra harus dikembalikan kepada Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Sikap seperti inilah yang sepatutnya dimiliki oleh setiap insan muslim yang benar-benar beriman kepada Allah subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya. Bukankah Allah subhanahu wata’ala telah berfirman (artinya): “Maka jika kalian berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Ar Rasul (As Sunnah), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Yang demikian itu lebih utama bagi kalian dan lebih baik akibatnya.” (An Nisaa’: 59)
Awal mula acara tersebut berasal dari upacara peribadatan (baca: selamatan) nenek moyang bangsa Indonesia yang mayoritasnya beragama Hindu dan Budha. Upacara tersebut sebagai bentuk penghormatan dan mendo’akan orang yang telah meninggalkan dunia yang diselenggarakan pada waktu seperti halnya waktu tahlilan. Namun acara tahlilan secara praktis di lapangan berbeda dengan prosesi selamatan agama lain aitu dengan cara mengganti dzikir-dzikir dan do’a-do’a ala agama lain dengan bacaan dari Al Qur’an, maupun dzikir-dzikir dan do’a-do’a ala Islam menurut mereka.
Pada dasarnya, pihak yang membolehkan acara tahlilan, mereka tiada memiliki argumentasi (dalih) melainkan satu dalih saja yaitu istihsan (menganggap baiknya suatu amalan) dengan dalil-dalil yang umum sifatnya. Mereka berdalil dengan keumuman ayat atau hadits yang menganjurkan untuk membaca Al Qur’an, berdzikir ataupun berdoa dan menganjurkan pula untuk memuliakan tamu dengan menyajikan hidangan dengan niatan shadaqah.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا بَقِيَ شَيْءٌ يُقَرِّبُ مِنَ الْجَنَّةِ وَيُبَاعِدُ مِنَ النَّارِ إِلاَّ قَدْ بُيِّنَ لَكُمْ
“Tidak ada suatu perkara yang dapat mendekatkan kepada Al Jannah (surga) dan menjauhkan dari An Naar (neraka) kecuali telah dijelaskan kepada kalian semuanya.” (H.R Ath Thabrani)
Ibadah menurut kaidah Islam tidak akan diterima oleh Allah subhanahu wata’ala kecuali bila memenuhi dua syarat yaitu ikhlas kepada Allah dan mengikuti petunjuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Allah subhanahu wata’ala menyatakan dalam Al Qur’an (artinya):
“Dialah Allah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji siapa diantara kalian yang paling baik amalnya.” (Al Mulk: 2)
Para ulama ahli tafsir menjelaskan makna “yang paling baik amalnya” ialah yang paling ikhlash dan yang paling mencocoki sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Atas dasar ini, beramal dengan dalih niat baik (istihsan) semata -seperti peristiwa tiga orang didalam hadits tersebut- tanpa mencocoki sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, maka amalan tersebut tertolak.
firman Allah subhanahu wata’ala (artinya):
“Maukah Kami beritahukan kepada kalian tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya”. (Al Kahfi: 103-104)
Lebih ditegaskan lagi dalam hadits ‘Aisyah ra, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barang siapa yang beramal bukan diatas petunjuk kami, maka amalan tersebut tertolak.” (Muttafaqun alaihi, dari lafazh Muslim)

Kesimpulan :

Ayat Al-Qur’an & Hadits Rasulullah SAW di atas telah cukup agar kita sebagai hamba Allah SWT tidak lalai untuk mengingat apa yang telah Allah SWT berikan kepada kita sekalian sebagai hamba-hambanya.

Berzikir berarti salah satu cara bersyukur atas apa yangtelah diberikan Allah SWT kepada hamba-nya.

Mengingat Allah SWT adalah salah satu tanda terimakasih kita kepada-NYa, sesunguhnya kita tidak biasa menghitung nikmat-nikmat yang telah di berikannya yang terasa maupun yang tak terasa , yang terlihat maupun yang tak terlihat, yang terdengar maupun yang tak terdengar, begitu banyak nikmat yang telah di berikan Allah SWT kepada hambanya yang di jadikan di muka bumi ini seperti para Nabi, Sahabat, Sholihin mereka dijadikan oleh Allah SWT sebagai kekasihnya dikarenakan mereka banyak mengingat-ingat nama-Nya dan mensiarkan agama-Nya.

Maka ajarkan hati kita , dirikita, keluarga kita, anak kita, sahabat kita, dan seluruh manusia untuk mengingat Allah SWT (Berzikir)
Alhamdulillah Agama Islam adalah agama yang sempurna, tidak ada satu perkarapun semuanya telah di jelaskan dalam alqur’an dan al Hadits yang shohih.

DAFTAR PUSTAKA

1.Google.com
2. Buku fadillah Amal
3.Yahoo.com