Selasa, 21 Oktober 2014
Analisa tentang Linguistik Tradisional,Linguistik Strukturalis,Linguistik Transformasional
Linguistik Tradisional
Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik. Tata bahasa tradisional mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau kejadian.
Linguistik Zaman Yunani
Studi bahasa pada zaman Yunani mempunyai sejarah yang sangat panjang, yaitu dari lebih kurang abad ke 5 sampai lebih kurang abad ke-2M. Jadi, kurang lebih sekitar 600 tahun. Masalah pokok bahasaan yang menjadi pertentangan para linguis pada waktu itu ialah : pertentangan antara fisis dan nomos, pertentangan antara analogi dan anomali.
Dalam pertentangan fisis, bahasa itu terbentuk berdasarkan hubungan asal-usul,sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti diluar manusia itu sendiri. Sedangkan berdasarkan nomos bahasa bersifat konvensi yang diperoleh berdasarkan hasil-hasil tradisi atau kebiasaan-kebiasaan yang mempunyai kemungkinan untuk berubah.
Dalam pertentangan analogi dan anomali, menyangkut masalah bahasa itu sesuatu yang teratur dan tidak teratur. contoh keteraturan bahasa itu tampak pada pembentukan jamak pada bahasa inggris : Boy—Boys, Girl—Girls, dan Book—Books. Sedangkan contoh ketidakteraturan bahasa itu tampak pada bentuk jamak bahasa inggris Child menjadi Children, bukannya Childs; atau bentuk past tense bahasa inggris dari write menjadi wrote, bukannya writed.
Dengan seiring berjalannya waktu teori-teori tata bahasa tersebut mengalami perubahan dan re-generasi. Kaum–kaum yang berpengaruh besar dengan perubahan bahasa tersebut, kaum Sophis, Plato(429-347 SM), Aristoteles(384-322 SM), kaum Stoik, dan kaum Alexandrian.
Jadi kesimpulannya linguistik tradisional selalu menerapkan pola-pola tata bahasa Yunani dan Latin dalam mendeskripsikan suatu bahasa.
Linguistik Strukturalis
Dalam linguistik strukturalis berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang dimiliki bahasa itu. Pandangan ini adalah sebagai akibat dari konsep-konsep atau pandangan baru terhadap bahasa dan studi bahasa yang dikemukakan oleh bapak Linguistik Modern yaitu : Ferdinand de Saussure. Maka dari itu, dalam pembicaraan linguistik strukturalis ini, dimulai dengan tokoh tersebut.
Menurut Ferdinand de Saussure dalam bukunya Course de Linguistique Generale memuat konsep: (1) Telaah sinkronik dan diakronik, (2) Perbedaan langue dan parole, (3) Perbedaan signifiant dan signifie, dan (4) Hubungan sintagmatik dan paradigmatik.
Selain itu linguistik struktural ini dipengaruhi oleh beberapa tokoh antara lain analisis bahasa dari Louis Hjemslev, dia meneruskan teori dari Ferdinand de Saussure. Menurutnya dari bahasa haruslah bersifat sembarang saja, artinya harus merupakan suatu sistem deduktif semata-mata. Teori itu harus dapat dipakai secara tersendiri untuk dapat memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang timbul dari premis-premisnya. Suatu teori harus bebas dari pengalaman apapun namun, teori itu harus tepat, maksudnya, harus memenuhi syarat untuk diterapkan pada data empiris tertentu, yaitu bahasa. Teori itu aagar dapat dipakai secara empiris harus konsisten, tuntas, dan sederhana.
Sejalan dengan pendapat de Saussure, Hjemslev menganggap bahasa itu mengandung dua segi, yaitu segi ekspresi (menurut de Saussure: signifiant)dan segi isi (menurut de Saussure: signifie). Masing-masing segi mengandung forma dan substansi, sehingga diperoleh (1) forma ekspresi, (2) substansi ekspresi, (3) forma isi, dan (4) substansi isi. pembedaan forma dari substansi berlaku untuk semua hal yang telah ditelaah secara ilmiah; sedangkan pembedaan ekspresi dan isi hanya berlaku bagi telaah bahasa saja.
Akhirnya dapat dikatakan sebagai de Saussure, maka Hjemslev juga menganggap bahasa sebagai suatu sistem hubungan, dan mengakui adanya hubungan sintagmatik dan paradigmatik.
Selain itu adalagi pendapat dari John R.Firth seorang Guru Besar pada Universitas London yang sangat terkenal dengan teorinya mengenaifonologi prosodi juga tentang bahasa. menurut Firth, telaah bahasa harus memperhatikan komponen sosiologis. Tiap tutur harus dikaji dalam konteks situasinya, yaitu orang-orang yang berperan dalam masyarakat, kata-kata yang mereka ungkapkan, dan hal-hal lain yang berhubungan. kemudian ada lagi pendapat dari seorang murid Firth yaitu M.A.K. Halliday tentang Linguistik Sistemik. Pokok-pokok pandangan Linguistik Sistemik adalah:
Pertama, memberikan perhatian penuh pada segi kemasyrakatan bahasa, terutama mengenai fungsi kemasyrakatan bahasa dan bagaimana fungsi kemasyarakatan itu terlaksan dalam bahasa.
Kedua, memandang bahasa sebagai “pelaksana”.
Ketiga, lebih mengutamakan pemerian ciri-ciri bahsa tertentu beserta variasi-variasinya, tidak atau kurang tertarik pada semestaan bahasa
Keempat, mengenal adanya gradasi atau kontinum
Kelima, menggambarkan tiga tataran utama bahasa (Substansi, Forma, Situasi).
Linguistik Transformasional
Dapat dikatakan tata bahasa transformasi lahir dengan terbitnya buku Noam Chomsky yang berjudul Syntactic Structure pada tahun1957 yang kemudian diperkembangkan karena adanya kritik dan saran dari berbagai pihak, di dalam buku Chomsky yang kedua yang berjudul Aspect of the teory of Syntax pada tahun 1965. Nama yang dikembangkan untuk model tata bahasa yang dikembangkan oleh Chomsky adalah transformasional generative grammar; tetapi dalam bahasa Indonesia lazim disebut tata bahasa transformasi atau tata bahasa generatif. Setiap tata bahasa dari suatu bahasa, menurut Chomsky, adalah merupakan teori dari bahasa itu sendiri; dan tata bahasa itu harus memenuhi dua syarat, yaitu:
Pertama, kalimat yang duhasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh pemakai bahasa tersebut, sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-buat.
Kedua, tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa. sehingga satuan atau istilah yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja, dan semuanya ini harus sejajar dengan teori linguistik tertentu.
Sejalan dengan konsep langue dan parole dari de Saussure, maka Chomsky membedakan adanya kemampuan (competence) dan perbuatan berbahasa (performance). kemampuan adalah pengetahuan yang dimilki pemakai bahasa mengenai bahasanya; sedangkan perbuatan berbahasa adalah pemakain bahasa itu sendiri dalam keadaan yang sebenarnya. dalam tata bahasa generatif ini, maka yang menjadi objeknya adalah kemampuan ini, meskipun perbuatan berbahasa penting dan yang perlu dan menarik bagi seorang peneliti bahasa adalah sistem kaidah yang dipakai si pembicara untuk membuat kalimat yang diucapkannya. jadi, tata bahasa harus mampu menggambarkan kemampuan si pemakai bahasa untuk mengerti kalimat yang tidak terbatas jumlahnya, yang sebagian besar barangkali belum pernah didengarnya atau dilihatnya.
Pada dasarnya setiap kita mengucapkan suatu kalimat, kita telah membuat kalimat baru, yang berbeda dari sekian banyak kalimat yang pernah kita ucapkan atau tuliskan. kemampuan seperti ini, yakni mampu membuat kalimat-kkalimat baru, disebut aspek Kreatif Bahasa. Dengan kata lain, menurut aliran ini sebuah tata bahasa hendaknya terdiri dari sekelompok kaidah yang tertentu jumlahnya, tetapi dapat menghasilkan kalimat yang tidak terbatas jumlahnya. Hal ini dapat kita bandingkan dengan kemampuan dalam mengalikan bilangan. Setiap orang yang telah menguasai perkalian 0-9, tentu akan dapat mengalikan perkalian lain, misalnya 19 x 37, atau 125 x 4319. Kemampuan untuk mendapatkan jawaban yang benar bukanlah karena dia telah pernah melihat atau melakukan perkalian tersebut, tetapi karena kaidah perkalian 0-9 telah dikuasai.
Like this:
Suka
Be the first to like this post.
Filed under: pendidikan
SEJARAH DAN ALIRAN LINGUISTIK
oleh Momogunology Club pada 22 Maret 2010 jam 5:45
BAB 8. SEJARAH DAN ALIRAN LINGUISTIK
Studi linguistik telah mengalami 3 tahap perkembangan, yaitu:
Spekulasi: pernyataan-pernyataan tentang bahasa tidak didasarkan pada data empiris
melainkan pada dongeng/rekaan belaka.
Klasifikasi dan Observasi: mengadakan pengamatan, penggolongan terhadap
bahasa-bahasa yang diselidiki.
Perumusan teori: pembuatan teori-teorinya.
Dalam sejarah perkembangannya linguistik dipenuhi dengan berbagai aliran paham,
pendekatan, dan teknik penyelidikan yang sangat ruwet. Berikut ini akan dibicarakan sejarah,
perkembangan, paham, dan beberapa aliran linguistik dari jaman purba sampai jaman mutakhir
secara sangat singkat.
1. LINGUISTIK TRADISIONAL
Linguistik tradisional sering dipertentangkan dengan tata bahasa struktural, bedanya
tata bahasa tradisional menganalisis bahasa pada filsafat dan semantik sedangkan tata
bahasa struktural berdasarkan struktur/ciri formal yang ada pada suatu bahasa tertentu.
Bagaimana terbentuknya tata bahasa tradisional akan dibicarakan berikut ini:
A. Linguistik Zaman Yunani (abad ke 5 SM – bad ke 2 SM)
Yang menjadi pertentangan saat itu adalah:
Pertentangan antara fisis dan nomos. Bersifat fisis maksudnya bahasa itu
mempuyai hubungan asal-usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak
dapat diganti diluar manusia itu sendiri, konvensional artinya, makna-makna kata
itu diperoleh dari hasil-hasil tradisi/kebiasaan.
Pertentangan analogi dan anomali. Kaum analogi (Plato dan Aristoteles)
berpendapat bahwa bahasa bersifat teratur, analogi sejalan dengan kaum
naturalis, sedangkan anomali berpendapat bahwa bahasa itu tidak teratur. Kaum
anomali sejalan dengan koum konvensional.
Kaum/tokoh pada jaman Yunani:
a. Kaum Sophis (abad ke 5 SM)
Mereka dikenal karena:
Mereka melakukan kerja secara empiris,
Melakukan kerja secara pasti dengan menggunakan ukuran tertentu,
Mementingkan bidang retorika dalam studi bahasa,
Membedakan tipe-tipe kalimat berdasarkan isi dan makna.
Tokohnya: Protogoras membagi kalimat menjadi kalimat narasi, kalimat tanya,
kalimat jawab, kalimat perintah, kalimat laporan, doa dan undangan. Gregorias
membicarakan tata bahasa.
b. Plato (429 – 347 SM)
Memperdebatkan analogi dan anomali dalam bukunya Dialoag. Juga
mengemukakan masalah bahasa alamiah dan konvensional.
Dia menyodorkan batasan bahasa yang bunyinya kira-kira bahasa adalah
pernyataan pikiran manusia dengan perencanaan anomata dan rhemata.
Dialah orang yang pertamakali membedakan kata anoma dan rhema.
Anoma (anomata):
Nama (dalam bahasa sehari-hari)
Nomina (dalam istilah tata bahasa)
Subjek (dalam hubungan subjek logis)
Rhema (Rhemata):
Ucapan (dalam bahasa sehari-hari)
Verba (dalam istilah tata bahasa)
Predikat (dalam hubungan predikat logis)
c. Aristoteles (384 – 322 SM)
Membagi kata dalam 3 kelas kata, yaitu anoma, rhema, dan syndesmoi.
Yang dimaksud syndesmoi adalah kata-kata yang lebih banyak bertugas
dalam hubungan sintaksis. Syndesmoi itu lebih kurang sama dengan
preposisi dan konjungsi yang sekarang kita kenal.
Membedakan jenis kelamin kata (gender) menjadi 3 yaitu maskulin, feminin,
dan neutrum.
d. Kaum Stoik (abad ke – 4 SM)
Membedakan studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara tata bahasa.
Menciptakan istilah khusus dalam studi bahasa.
Membedakan 3 komponen utama dari studi bahasa, yaitu 1) tanda, simbol,
sign, atau semainon, 2) makna, apa yang disebut smainomen/lekton, 3)
hal-hal di luar bahasa yakni benda-benda/situasi.
Mereka membedakan legein, yaitu bunyi yang merupakan bagian fonologi
tetapi tidak bermakna dan propheretal yaitu ucapan bunyi bahasa yang
mengandung makna.
Mereka membagi jenis kata menjadi empat yaitu kata benda, kata kerja,
syndesmoi, dan arthoron yaitu kata-kata yang menyatakan jenis kelamin dan
jumlah.
Membedakan kata kerja komplek dan kata kerja tak komplek. Serta kata
kerja aktif dan pasif.
e. Kaum Alexandrian
Kaum ini menganut paham analogi dalam studi bahasa, menghasilkan buku tata
bahasa yang disebut Tata Bahasa Dionysius Thrax dan diterjemahkan oleh
Remmius Palaemon dengan judul Ars Grammatika. Buku inilah yang kemudian
dijadikan model dalam penyusunan buku tata bahasa Eropa lainnya. Karena
sifatnya mentradisi maka buku-buku tata bahasa kini disebut dengan nama tata
bahasa tradisional. Jadi, cikal bakal tata bahasa tradisional itu berasal dari buku
Dionysius Thrax.
Di India pada tahun 400 SM Panini seorang sarjana Hindu membuat buku dengan
judul Adtdyasi merupakan deskripsi lengkap bahasa Sansekerta yang pertama kali
ada. Oleh karena itu Leonard Bloomfield, tokoh linguis struktural Amerika menyebut
Panini sebagai One of The Greatest Monuments of The Human Intelligence.
B. Zaman Romawi
Merupakan kelanjutan dari jaman Yunani. Tokoh pada jaman Romawi yang
terkenal antara lain, Varro (116 – 27 SM) dengan karyanya, De Lingua Latina dan
Priscia dengan karyanya Institutiones Grammaticae.
a. Varro dan "De Lingua Latina"
Dalam buku ini Varro masih membahas masalah analogi dan anomali seperti pada
jaman Stoik di Yunani. Dibagi dalam bidang-bidang etimologi, morfologi,
sintaksis.
b. Tata bahasa Priscia
Dianggap sangat penting karena:
Merupakan buku tata bahasa Latin paling lengkap yang dituturkan
pembicara aslinya.
Teori-teori tata bahasa yang merupakan tonggak-tonggak utama
pembicaraan bahasa secara tradisional.
Segi yang dibicarakan dari buku itu adalah: (i) fonologi dibicarakan mengenai
huruf/tulisan yang disebut literae/bagian terkecil dari bumi yang dapat dituliskan,
(ii) morfologi dibicarakan mengenai dictio/kata, (iii) sintaksis dibicarakan
mengenai oratio yaitu tata susunan kata yang berselaras dan menunjukkan kalimat
itu selesai. Buku Institutiones Grammaticae ini telah menjadi dasar tata bahasa
Latin dan filsafat zaman pertengahan.
C. Zaman Pertengahan
Studi bahasa pada zaman pertengahan mendapat perhatian penuh terutama oleh
para filsuf skolastik. Yang patut dibicarakan dalam studi bahasa antara lain adalah
peranan:
a. Kaum Modistae
Mereka menerima analogi karena menurut mereka bahasa itu bersifat reguler
dan universal.
Mereka memperhatikan secara penuh akan semantik sebagai penyebutan
definisi bentuk-bentuk bahasa.
Mereka mencari sumber makna, maka dengan demikian berkembanglah
bidang etimologi pada zaman itu.
b. Tata Bahasa Spekulativa
Merupakan hasil integrasi deskripsi gramatikal bahasa Latin ke dalam filsafat
skolastik.
c. Petrus Hispanus
Memasukkan psikologi dalam analisis makna bahasa.
Membedakan nomen atas dua macam yaitu nomen substantivum dan nomen
edjektivum.
Membedakan semua bentuk yang menjadi subjek/predikat dan bentuk tutur
lainnya.
D. Zaman Renaisans
Zaman Renaisans dianggap sebagai zaman pembukaan abad pemikiran abad
modern. Dalam sejarah studi bahasa ada dua hal pada jaman renaisans ini yang
menonjol yang perlu dicatat. 1) Sarjana-sarjana pada waktu itu menguasai bahasa
Latin, Ibrani, dan Arab, 2) Bahasa Eropa lainnya juga mendapat perhatian dalam
bentuk pembahasaan, penyusunan tata bahasa, dan perbandingan.
E. Menjelang Lahirnya Linguistik Modern
Sejak awal buku ini sudah menyebut-nyebut bahwa Ferdinand de Saussure
dianggap sebagai Bapak Linguistik Modern. Diawali dengan pernyataan Sir William
tentang adanya hubungan kekerabatan antara bahasa Sansekerta dengan
bahasa-bahasa Yunani, Latin, dan bahasa Jerman lainnya telah membuka babak baru
sejarah linguistik, yakni dengan berkembangnya studi linguistik bandingan atau
linguistik historis komparatif, serta studi mengenai hakekat bahasa secara linguistik
terlepas dari masalah filsafat Yunani kuno.
Bila kita simpulkan pembicaraan mengenai linguistik tradisional dapat dikatakan
bahwa:
a) Pada tata bahasa tradisional ini tidak dikenal adanya perbedaan antara bahasa ujaran
dengan bahasa tulisan. Oleh karena itu, deskripsi bahasa hanya bertumpu pada tulisan.
b) Bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan dengan mengambil
patokan-patokan dari bahasa lain, terutama bahasa Latin.
c) Kaidah-kaidah bahasa dibuat secara perspektif, yakni benar/salah.
d) Persoalan kebahasaan seringkali dideskripsikan dengan melibatkan logika.
e) Penemuan-penemuan terdahulu cenderung untuk selalu dipertahankan.
2. LINGUISTIK STRUKTURALIS
Linguistik strukturalis berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri yang
dimiliki bahasa itu. Tokoh-tokohnya:
A. Ferdinand de Saussure
1) Telaah sinkronik (mempelajari bahasa dalam kurun waktu tertentu saja) dan
diakronik (telaah bahasa sepanjang masa),
2) Perbedaan langue dan parloe. Lague yaitu keseluruhan sistem tanda yang
berfungsi sebagai alat komunikasi verbal antara para anggota suatu masyarakat
bahasa, sifatnya abstrak. Sedangkan parloe sifatnya konkret karena parloe tidak
lain daripada realitas fisis yang berbeda dari yang satu dengan orang lain.
3) Perbedaan signifian dan signifie. Signifian adalah citra bunyi atau kesan
psikologis bunyi yang timbul dalam alam pikiran (bentuk), signifie adalah
pengertian atau kesan makna yang ada dalam pikiran kita (makna).
4) Hubungan sintagmatik dan paradigmatik. Yang dimaksud dengan hubungan
sintagmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu
tuturan, yang tersusun secara berurutan, bersifat linear. Hubungan paradigmatik
adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan dengan
unsur-unsur sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan yang bersangkutan.
B. Aliran Praha
Sumbangan aliran ini dalam dalam bidang fonologis (mempelajari fungsi bunyi
tersebut dalam suatu sistem) dan bidang sintaksis dengan menelaah kalimat melalui
pendekatan fungsional.
C. Aliran Glosematik
Aliran Glosematik lahiran Denmark. Tokohnya Louis Hjemslev yang meneruskan
ajaran Ferdinand de Saussure. Namanya menjadi terkenal karena usahanya untuk
membuat ilmu bahasa menjadi ilmu yang berdiri sendiri, bebas dari ilmu lain, dengan
peralatan, metodologis, dan terminologis sendirian.
D. Aliran Firthian
Nama John R. Firth terkenal karena teorinya mengenai fonolofi prosodi.
Fonologi prosodi adalah suatu cara untuk menentukan arti pada tataran fonetis.
E. Linguistik Sistemik
Pokok pandangan aliran ini adalah:
SL memberikan perhatian penuh pada segi kemasyarakatan bahasa.
SL memandang bahasa sebagai pelaksana.
SL mengutamakan pemerian ciri-ciri bahasa tertentu beserta variasinya.
SL mengenal adanya gradasi/kontinum.
SL menggambarkan tiga tataran utama bahasa.
F. Leonard Bloomfield dan Strukturalis Amerika
Disebut aliran Bloomfield karena bermula dari gagasan Bloomfield. Disebut
aliran taksonomi karena aliran ini menganalisis dan mengklasifikasikan unsur-unsur
bahasa berdasarkan hubungan hierarkinya.
G. Aliran Tagmemik
Dipelopori oleh Kenneth L. Pike yang mewarisi pandangan Bloomfield. Menurut
aliran ini satuan dasar dari sintaksis adalah tagmem (susunan). Tagmem ini tidak
dapat dinyatakan dengan fungsi-fungsi saja. Seperti subjek + predikat + objek dan
tidak dapat dinyatakan dengan bentuk-bentuk saja, seperti frase benda + frase kerja +
frase benda, melainkan harus diungkapkan kesamaan dan rentetan rumus seperti:
S : FN + P : FN + O : FN
Fungsi subjek diisi oleh frase nominal diikuti oleh fungsi predikat yang diisi oleh frase
verbal dan diikuti pula oleh fungsi objek yang diisi oleh frase nominal.
3. LINGUISTIK TRANSFORMASIONAL DAN ALIRAN-ALIRAN SESUDAHNYA
Dunia ilmu, termasuk linguistik bukan merupakan kegiatan yang statis melainkan
merupakan kegiatan yang dinamis, berkembang terus sesuai dengan filsafat ilmu itu sendiri
yang selalu ingin mencari kebenaran yang hakiki. Kemudian orang pun merasa bahwa
model struktural itu banyak kelemahannya, sehingga orang mencoba merevisi model
struktural. Berikut model-modelnya:
A. Tata Bahasa Transformasi
Tata bahasa transformasi berusaha mendeskripsikan ciri-ciri kesemestaan bahasa.
Lalu karena pada mulanya teori tata bahasa ini dipakai untuk mendeskripsikan
kaidah-kaidah bahasa Inggris, maka kemudian ketika para pengikut teori ini mencoba
untuk menggunakannya terhadap bahasa-bahasa lain, timbullah berbagai masalah.
Apa yang tadinya sudah dianggap universal ternyata tidak universal. Oleh karena itu
usaha perbaikan mulai dilakukan.
B. Semantik Generatif
Menurut teori generatif semantik, struktur semantik dan struktur sintaksis
bersifat homogen, dan untuk menghubungkan kedua struktur itu cukup hanya dengan
kaidah transformasi saja. Menurut semantik generatif, sudah seharusnya semantik dan
sintaksis diselidiki bersama sekaligus karena keduanya adalah satu
C. Tata Bahasa Kasus
Dalam karangannya yang terbit tahun 1968 itu Fillmore membagi kalimat atas:
(1) Modalitas, yang bisa berupa unsur negasi, kala, aspek, dan adverbia; dan
(2) Proposisi, yang terdiri dari sebuah verba disertai dengan sejumlah kasus.
D. Tata Bahasa Relasional
Tokohnya David M. Perlmutter dan Paul M. Postal. Tata bahasa relasional (TR)
banyak menyerang tata bahasa transformasi (TT), karena menganggap teori-teori TT
itu tidak dapat diterapkan pada bahasa-bahasa lain selain bahasa Inggris. Menurut
teori bahasa relasional, setiap struktur klausa terdiri dari jaringan relasional
(relational network) yang melibatkan tiga macam wujud yaitu:
(a) Seperangkat simpai (nodes) yang menampilkan elemen-elemen di dalam
suatu struktur;
(b) Seperangkat tanda relasional (relational sign) yang merupakan nama relasi
gramatikal yang disandang oleh elemen-elemen itu dalam hubungannya
dengan elemen lain;
(c) Seperangkat "coordinates" yang dipakai untuk menunjukkan pada tatara
yang manakah elemen-elemen itu menyandang relasi gramatikal tertentu
terhadap elemen yang lain.
4. TENTANG ALIRAN DI INDONESIA
A. Pada akhir abad ke – 19 dan awak abad ke 20 pemerintah kolonial sangat
membutuhkan informasi mengenai bahasa-bahasa yang ada di bumi Indonesia untuk
melancarkan jalannya. Pemerintah kolonial di Indonesia sesuai dengan masanya,
penelitian bahasa-bahasa daerah itu baru sampai pada tahap deskripsi sederhana
mengenai sistem fonologi, morfologi, sintaksis, serta pencatatan butir-butir leksikal
beserta terjemahan maknanya dalam bahasa Belanda atau bahasa Eropa lainnya,
dalam bentuk kamus.
B. Konsep-konsep linguistik modern seperti yang dikembangkan oleh Ferdinand de
Saussure sudah bergema sejak awal abad XX. Namun tampaknya gema linguistik
modern itu baru tiba di Indonesia pada akhir sekali tahun lima puluhan kiranya sejak
kepulangan sejumlah linguis Indonesia dari Amerika Serikat seperti Anton M
Moeliono dan T. W. Kamil. Kedua beliau inilah yang pertama-tama mengenalkan
konsep fonem, morfem, frasa, dan klausa dalam pendidikan formal linguistik di
Indonesia. Perkenalan dengan konsep-konsep linguistik ini menimbulkan
pertentangan karena konsep-konsep linguitik tradisional yang sudah mendarah daging
tidak begitu saja dapat diatasi. Perkembangan waktu jualah yang kemudian
menyebabkan konsep-konsep linguistik modern dapat diterima.
C. Sejalan dengan perkembangan dan makin semaraknya studi linguistik, yang tentu saja
dibarengi dengan bermunculannya linguis-lingui Indonesia, baik yang tamatan luar
negeri maupun dalam negeri, pada tanggal 15 November tahun 1975, atas prakarsa
sejumlah linguis senior, berdirilah organisasi kelinguistikan yang diberi nama
Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI). Anggotanya adalah para linguis yang
kebanyakan bertugas sebagai pengajar di perguruan tinggi negeri atau swasta dan di
lembaga-lembaga penelitian kebahasaan.
D. Penyelidikan terhadap bahasa-bahasa daerah Indonesia dan bahasa nasional Indonesia,
banyak pula dilakukan orang di luar Indonesia.
E. Sesuai dengan fungsinya sebagai bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa
negara, maka bahasa Indonesia tampaknya menduduki tempat sentral dalam kajian
linguistik dewasa ini, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Pelbagai segi dan
aspek bahasa telah dan masih menjadi kajian yang dilakukan oleh banyak pakar
dengan menggunakan pelbagai teori dan pendekatan sebagai dasar analisis. Secara
nasional bahasa Indonesia telah mempunyai buku tata bahasa baku dan sebuah kamus
besar yang disusun oleh para pakar yang handal.
Source:
http://cakrabuwana.files.wordpress.com/2008/09/paijo-bab-viii1.pdf
SEJARAH DAN ALIRAN LINGUISTIK
A. LINGUISTIK TRADISIONAL
Berikut ini akan dijelaskan bagaimana terbentuknya tata bahasa tradisional dari zaman ke zaman, mulai zaman Yunani sampai masa menjelang munculnya linguistik modern di sekitar akhir abad ke-19.
1. Linguistik Zaman Yunani
Masalah pokok kebahasaan yang menjadi pertentangan para linguis waktu itu adalah pertentangan antara fisis dan nomos, dan pertentangan antara analogi dan anomali. Para filsuf Yunani mempertanyakan, apakah bahasa itu bersifat alami (fisis) atau bersifat konvensi (nomos). Bersifat alami maksudnya bahasa itu mempunyai asal-usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti di luar manusia itu sendiri. Bahasa bersifat konvensi maksudnya, makna-makna kata itu diperoleh dari hasil-hasil tradisi atau kebiasaan yang mempunyai kemungkinan bisa berubah.
Pertentangan analogi dan anomali menyangkut masalah bahasa itu sesuatu yang teratur dan tidak teratur. Kaum analogi antara lain, Plato dan Aristoteles, berpendapar bahwa bahasa itu bersifat teratur, karena itulah orang dapat menyusun tata bahasa. Sebaliknya, kelompok anomali berpendapat bahwa bahasa itu tidak teratur.
Dari studi bahasa pada zaman Yunani ini kita mengenal nama beberapa kaum atau tokoh yang mempunyai peranan besar dalam studi bahas ini.
a. Kaum Sophis
b. Plato (429 – 347 S.M.)
c. Aristoteles ( 384 – 322 S.M. )
d. Kaum Stoik
e. Kaum Alexandrian
2. Zaman Romawi
Studi bahasa pada zaman Romawi dapat dianggap kelanjutan dari zaman Yunani. Tokoh pada zaman Romawi yang terkenal, antara lain, Varro ( 116-27 S.M. ) dengan karyanya De Lingua Latina dan Priscia dengan karyanya Institutiones Grammaticae.
a. Varro dan De Lingua Latina
Dalam buku De Lingua Latina masih juga memperdebatkan masalah analogi dan anomali seperti pada zaman Stoik di Yunani. Buku ini dibagi dalam bidang-bidang etimologi dan morfologi..
a) Etimologi, adalah cabang Linguistik yang menyelidiki asal – usul kata beserta artinya.
b) Morfologi, adalah cabang linguistik yang mempelajari kata dan pembentukannya.
Mengenai deklinasi, yaitu perubahan bentuk kata, Varro membedakan adanya 2 macam deklinasi, yaitu deklinasi naturalis dan deklinasi voluntaris.
a) Deklinasi naturalis, adalah perubahan yang bersifa alamiah, sebab perubahan itu dengan sendirinya dan sudah berpola.
b) Deklinasi voluntaris, adalah perubahan yang terjadi secara morfologis, bersifat selektif dan manasuka.
b. Institutiones Grammaticae atau Tata Bahasa Priscia
Beberapa segi yang patut dibicarakan dalam buku ini antara lain :
a) Fonologi
b) Morfologi
c) Sintaksis
3. Zaman Pertengahan
Dari zaman pertengahan ini yang patut dibicarakan dalam studi bahasa antara lain :
a) Kaum Modistae masih membicarakan pertentangan antara fisis dan nomos dan pertentangan antara analogi dan anomali.
b) Tata Bahasa Spekulstiva, merupakan hasil integrasi deskripsi gramatikal bahasa latin ke dalam filsafat skolastik.
c) Petrus Hispanus, bukunya berjudul Summulae Logicales.
4. Zaman Renaisans
Dianggap sebagai pembukaan abad pemikiran abad modern. Ada 2 hal yang perlu dicatat :
(1) Selain menguasai bahasa Latin, sarjana-sarjana pada waktu itu juga menguasai bahasa Yunani, bahasa Ibrani dan bahasa Arab.
(2) Selain bahasa Yunani, Latin, Ibrani dan Arab, bahasa-bahasa Eropa lainnya juga mendapat perhatian dalam bentuk pembahasan, penyusunan tata bahasa, dan malah juga perbandingan.
5. Menjelang Lahirnya Linguistik Modern
Ferdinand de Saussure dianggap sebagai Bapak Linguistik Modern. Masa antara lahirnya Linguistik Modern dengan masa berakhirnya zaman renainsans ada satu tonggak yang sangat penting dalam sejarah studi bahasa. Mengenai Linguistik tradisional di atas, maka secara singkat dapat dikatakan, bahwa :
a) Pada tata bahasa tradisional ini tidak dikenal adanya perbedaan antara bahasa ujaran dengan bahasa tulisan.
b) Bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan dengan mengambil patokanpatokan dari bahasa lain.
c) Kaidah-kaidah bahasa dibuat secara preskriptif, yakni benar atau salah.
d) Persoalan kebahasaan sering kali dideskripsikan dengan melibatkan logika.
e) Penemuan-penemuan atau kaidah-kaidah terdahulu cenderung untuk selalu dipertahankan.
B. LINGUISTIK STRUKTURALIS
1. Ferdinand de Saussure
Dianggap sebagai Bapak Linguistik Modern berdasarkan pandangan-pandangan yang dimuat dalam bukunya Course de Linguistique Generale. Buku tersebut sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Pandangan yang dimuat dalam buku tersebut mengenai konsep :
a) Telaah sinkronik dan diakronik.
b) La Langue dan La Parole.
c) Signifiant dan Signifie.
d) Hubungan Sintagmatik dan Paradigmatik.
2. Aliran Praha
Aliran Praha terbentuk pada tahun 1926 atas prakarsa salah sorang tokohnya, yaitu Vilem mathesius (1882-1945).Dalam bidang Fonologi aliran Praha inilah yang pertama-tama membedakan dengan tegas akan fonetik dan fonologi. Aliran Praha ini juga memperkenalkan dan mengembangkan suatu istilah yang disebut morfonologi, bidang yang meneliti struktur fonologis morfem.
Dalam bidang sintaksis, Vilem Mathesius mencoba menelaah kalimat melalui pendekatan fungsional. Menurut pendekatan ini kalimat dapat dilihat dari struktur formalnya dan juga dari stuktur informasinya yang terdapat dalam kalimat yang bersangkutan. Struktur informasi menyangkut unsure tema dan rema. Tema adalah apa yang dibicarakan, sedangkan rema adalah apa yang dikatakan mengenai tema.
3. Aliran Glosematik
Aliran Glosematik lahir di Denmark. Tokohnya, antara lain, Louis Hjemslef (1899-1965), yang meneruskan ajaran Ferdinand de Sausure. Menurut Hjemslev teori bahasa haruslah bersifat sembarang saja, artinya harus merupakan suatu sistem deduktif semata-mata. Teori itu harus dapat dipakai secara tersendiri untuk dapat memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang timbul dari premis-premisnya. Hjemslev menganggap bahasa itu mengandung dua segi, yaitu segi ekspresi dan segi isi.
4. Aliran Firthian
Nama John R. firth (1890-1960) guru besar pada Universitas London sangat terkenal karena teorinya mengenai fonologi prosodi. Fonologi Prosodi adalah suatu cara untuk menentukan arti pada tataran fonetis. Ada tiga macam pokok prosodi:
a) Prosodi yang menyangkut gabungan fonem,
b) Prosodi yang terbentuk oleh sendi atau jeda,
c) Prosod iyang realisasi fonetisnya melampaui satuan yang lebih besar daripada fonem-fonem suprasegmental.
Firth juga terkenal dengan pandangannya mengenai bahasa. Firth berpendapat bahwa bahasa harus memperhatikan komponen sosiologis.
5. Linguistik Sistemik
Nama aliran linguistic sistemik tidak dapat dilepaskan dari nama M.A.K. Halliday. Pokok-pokok pandangan sistemik linguistik adalah
1. SL memberikan perhatian penuh pada segi kemasyarakatan bahasa.
2. SL memandang bahasa sebagai pelaksana
3. SL lebuh mengutamakan pemerian cirri-ciri bahasa tertentu beserta variasi-variasi
4. SL mengenal adanya gradasi atau kontinum.
5. SL, menggambarkan tiga tataran utama bahasa sebagai berikut :
6. Leonard Bloomfield dan Strukturalis Amerika
Aliran ini berkembang pesat di Amerika pada tahun tiga puluhan dan lima puluhan. Faktor yang menyebabkannya adalah :
1. Pada masa itu linguis di Amerika menghadapi masalah yang sama, yaitu banyak sekali bahasa Indian yang belum diberikan.
2. Sikap Bloomfield yang menolak mentalistik sejalan dengan iklim fisafat yang berkembang pada masa itu di Amerika, yaitu filsafat behaviorisme.
3. Diantara linguis-linguis itu ada hubungan yang baik. Aliran strukturalis yang dikembangkan bloomfield dengan para pengikutnya sering juga disebut aliran taksonomi, dan aliran Bloomfieldian atau post-Bloomfieldian. Karena bermula atau bersumber pada gagasan Bloomfield. Disebut aliran taksonomi karena aliran ini menganalisis dan mengklasifikasi unsur-unsur bahasa berdasarkan hubungan hirarkinya.
7. Alirean Tagmemik
Menurut aliran ini satuan dasar dari sintaksis adalah tagmem. Yang dimaksud dengan Tagmem adalah korelasi antara fungsi gramatikal atau slot dengan sekelompok bentuk-bentuk kata yang dapat saling dipertukarakn untuk mengisi slot tersebut. Satuan dasar sintaksis itu, yaitu tagmem, merupakan suatu sistem sel-empat-kisi.
C. LINGUISTIK TRANSFORMASIONAL DAN ALIRAN–ALIRAN SESUDAHNYA
1. Tata Bahasa Transformasi
Dalam buku Noam Chomsky yang berjudul Syntatic Structure pada tahun 1957, dan dalam buku Chomsky yang kedua yang berjudul Aspect of the Theory of Syntax pada tahun 1965. mengembangkan model tata bahasa yaitu transformational generative grammar, dalam bahasa Indonesia dsebut tata bahasa transformasi atau bahasa generatif. Tujuan penelitian bahasa adalah untuk menyusun tata bahasa dari bahasa tersebut. Bahasa dapat dianggap sebagai kumpulan kalimat yang terdiri dari deretan bunyi yang mempunyai makna maka haruslah dapat menggambarkan bunyi dan arti dalam bentuk kaidah- kaidah yang tepat dan jelas. Syarat untuk memenuhi teori dari bahasa dan tata bahasa yaitu :
1. kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh pemakai bahasa tersebut, sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat – buat.
2. tata bahasa tersebut terus berbentuk sedemikian rupa, sehingga satuan atau istilah tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja dan semuanya ini harus sejajar dengan teori linguistik tertentu.
Konsep language dan paroleh dari de sausure, Chomsky membedakan adanya kemampuan (kompeten) dan perbuatan berbahasa (performance). Jadi objeknya adalah kemampuan. Seorang peneliti bahasa harus mampu menggambarkan kemampuan si pemakai bahasa untuk mengerti kalimat yang tidak terbatas jumlahnya, yang sebagian besar, barangkali, belum pernah didengarnya atau dilihatnya. Kemampuan membuat kalimat-kalimat baru disebut aspek kreatif bahasa.
Dalam buku Tata Bahasa Transformasi lahur bersamaan dengan terbitnya buku Syntatic Structure tahun 1957. buku ini sering disebut “ Tata Bahasa Transformasi Klasik“. Kemudian disusul aspect of the theory of syntax dalam buku ini Chomsky menyempurnakan teorinya mengenai sintaksis dengan mengadakan beberapa perubahan yang prinsipil. Tahun 1965 dikenal dengan standar teori, kemudian tahun 1972 diberi nama Extended Standard Theory, tahun 1975 diberi nama Revised Extended Standard Theory. Terakhir buku ini direvisi dengan nama Government and Binding Theory.
Dari kesimpulan tersebut terdiri dari 3 komponen :
1. komponen sintetik
2. komponen semantik
3. komponen fologis
2. Semantik Generatif
Menurut semantik generatf, sudah seharusnya semantic dan sintaksis diselidiki bersama sekaligus karena keduanya adalah satu. Struktur semantic itu serupa dengan struktur logika.
Menurut teori semantik generatif, argumen adalah segala sesuatu yang dibicarakan; sedangkan predikat itu semua yang menunjukan hubungan, perbuatan, sifat , keanggotaan, dan sebagainya.
3. Tata Bahasa Kasus
Tata bahasa kasus diperkenalkan oleh Charles J. Fillmore. Fillmore membagi kalimat atas:
1. Modalitas, yang berupa unsur negasi, kala, aspek, dan adverbia.
2. Proposisi, yang terdiri dari sebuah verba disertai dengan sejumlah kasus.
Yang dimaksud dengan kasus dalam teori ini adalh hubungan antara verba dengan nomina. Verba di sini sama dengan predikat, sedangkan nomina sama dengan argumen dalam teori semantik generatif.
4. Tata Bahasa Relasional
Sama halnya dengan tata bahasa transformasi, tata bahasa relasional juga berusaha mencari kaidah kesemestaan bahasa. Dalam hal ini tata bahasa relasional banyak menyerang tata bahasa transformasi, karena menganggap teori-teori tata bahasa transformasi tidak dapat diterapkan pada bahasa-bahasa lain selain bahasa inggris.
Diposkan oleh malaikatberduka di 05:04
0 komentar:
Analisa tentang Linguistik Tradisional,Linguistik Strukturalis,Linguistik Transformasional
Posted on 27 Januari 2010 by elsgirl91
2 Votes
Linguistik Tradisional
Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik. Tata bahasa tradisional mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau kejadian.
Linguistik Zaman Yunani
Studi bahasa pada zaman Yunani mempunyai sejarah yang sangat panjang, yaitu dari lebih kurang abad ke 5 sampai lebih kurang abad ke-2M. Jadi, kurang lebih sekitar 600 tahun. Masalah pokok bahasaan yang menjadi pertentangan para linguis pada waktu itu ialah : pertentangan antara fisis dan nomos, pertentangan antara analogi dan anomali.
Dalam pertentangan fisis, bahasa itu terbentuk berdasarkan hubungan asal-usul,sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti diluar manusia itu sendiri. Sedangkan berdasarkan nomos bahasa bersifat konvensi yang diperoleh berdasarkan hasil-hasil tradisi atau kebiasaan-kebiasaan yang mempunyai kemungkinan untuk berubah.
Dalam pertentangan analogi dan anomali, menyangkut masalah bahasa itu sesuatu yang teratur dan tidak teratur. contoh keteraturan bahasa itu tampak pada pembentukan jamak pada bahasa inggris : Boy—Boys, Girl—Girls, dan Book—Books. Sedangkan contoh ketidakteraturan bahasa itu tampak pada bentuk jamak bahasa inggris Child menjadi Children, bukannya Childs; atau bentuk past tense bahasa inggris dari write menjadi wrote, bukannya writed.
Dengan seiring berjalannya waktu teori-teori tata bahasa tersebut mengalami perubahan dan re-generasi. Kaum–kaum yang berpengaruh besar dengan perubahan bahasa tersebut, kaum Sophis, Plato(429-347 SM), Aristoteles(384-322 SM), kaum Stoik, dan kaum Alexandrian.
Jadi kesimpulannya linguistik tradisional selalu menerapkan pola-pola tata bahasa Yunani dan Latin dalam mendeskripsikan suatu bahasa.
Linguistik Strukturalis
Dalam linguistik strukturalis berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang dimiliki bahasa itu. Pandangan ini adalah sebagai akibat dari konsep-konsep atau pandangan baru terhadap bahasa dan studi bahasa yang dikemukakan oleh bapak Linguistik Modern yaitu : Ferdinand de Saussure. Maka dari itu, dalam pembicaraan linguistik strukturalis ini, dimulai dengan tokoh tersebut.
Menurut Ferdinand de Saussure dalam bukunya Course de Linguistique Generale memuat konsep: (1) Telaah sinkronik dan diakronik, (2) Perbedaan langue dan parole, (3) Perbedaan signifiant dan signifie, dan (4) Hubungan sintagmatik dan paradigmatik.
Selain itu linguistik struktural ini dipengaruhi oleh beberapa tokoh antara lain analisis bahasa dari Louis Hjemslev, dia meneruskan teori dari Ferdinand de Saussure. Menurutnya dari bahasa haruslah bersifat sembarang saja, artinya harus merupakan suatu sistem deduktif semata-mata. Teori itu harus dapat dipakai secara tersendiri untuk dapat memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang timbul dari premis-premisnya. Suatu teori harus bebas dari pengalaman apapun namun, teori itu harus tepat, maksudnya, harus memenuhi syarat untuk diterapkan pada data empiris tertentu, yaitu bahasa. Teori itu aagar dapat dipakai secara empiris harus konsisten, tuntas, dan sederhana.
Sejalan dengan pendapat de Saussure, Hjemslev menganggap bahasa itu mengandung dua segi, yaitu segi ekspresi (menurut de Saussure: signifiant)dan segi isi (menurut de Saussure: signifie). Masing-masing segi mengandung forma dan substansi, sehingga diperoleh (1) forma ekspresi, (2) substansi ekspresi, (3) forma isi, dan (4) substansi isi. pembedaan forma dari substansi berlaku untuk semua hal yang telah ditelaah secara ilmiah; sedangkan pembedaan ekspresi dan isi hanya berlaku bagi telaah bahasa saja.
Akhirnya dapat dikatakan sebagai de Saussure, maka Hjemslev juga menganggap bahasa sebagai suatu sistem hubungan, dan mengakui adanya hubungan sintagmatik dan paradigmatik.
Selain itu adalagi pendapat dari John R.Firth seorang Guru Besar pada Universitas London yang sangat terkenal dengan teorinya mengenaifonologi prosodi juga tentang bahasa. menurut Firth, telaah bahasa harus memperhatikan komponen sosiologis. Tiap tutur harus dikaji dalam konteks situasinya, yaitu orang-orang yang berperan dalam masyarakat, kata-kata yang mereka ungkapkan, dan hal-hal lain yang berhubungan. kemudian ada lagi pendapat dari seorang murid Firth yaitu M.A.K. Halliday tentang Linguistik Sistemik. Pokok-pokok pandangan Linguistik Sistemik adalah:
Pertama, memberikan perhatian penuh pada segi kemasyrakatan bahasa, terutama mengenai fungsi kemasyrakatan bahasa dan bagaimana fungsi kemasyarakatan itu terlaksan dalam bahasa.
Kedua, memandang bahasa sebagai “pelaksana”.
Ketiga, lebih mengutamakan pemerian ciri-ciri bahsa tertentu beserta variasi-variasinya, tidak atau kurang tertarik pada semestaan bahasa
Keempat, mengenal adanya gradasi atau kontinum
Kelima, menggambarkan tiga tataran utama bahasa (Substansi, Forma, Situasi).
Linguistik Transformasional
Dapat dikatakan tata bahasa transformasi lahir dengan terbitnya buku Noam Chomsky yang berjudul Syntactic Structure pada tahun1957 yang kemudian diperkembangkan karena adanya kritik dan saran dari berbagai pihak, di dalam buku Chomsky yang kedua yang berjudul Aspect of the teory of Syntax pada tahun 1965. Nama yang dikembangkan untuk model tata bahasa yang dikembangkan oleh Chomsky adalah transformasional generative grammar; tetapi dalam bahasa Indonesia lazim disebut tata bahasa transformasi atau tata bahasa generatif. Setiap tata bahasa dari suatu bahasa, menurut Chomsky, adalah merupakan teori dari bahasa itu sendiri; dan tata bahasa itu harus memenuhi dua syarat, yaitu:
Pertama, kalimat yang duhasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh pemakai bahasa tersebut, sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-buat.
Kedua, tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa. sehingga satuan atau istilah yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja, dan semuanya ini harus sejajar dengan teori linguistik tertentu.
Sejalan dengan konsep langue dan parole dari de Saussure, maka Chomsky membedakan adanya kemampuan (competence) dan perbuatan berbahasa (performance). kemampuan adalah pengetahuan yang dimilki pemakai bahasa mengenai bahasanya; sedangkan perbuatan berbahasa adalah pemakain bahasa itu sendiri dalam keadaan yang sebenarnya. dalam tata bahasa generatif ini, maka yang menjadi objeknya adalah kemampuan ini, meskipun perbuatan berbahasa penting dan yang perlu dan menarik bagi seorang peneliti bahasa adalah sistem kaidah yang dipakai si pembicara untuk membuat kalimat yang diucapkannya. jadi, tata bahasa harus mampu menggambarkan kemampuan si pemakai bahasa untuk mengerti kalimat yang tidak terbatas jumlahnya, yang sebagian besar barangkali belum pernah didengarnya atau dilihatnya.
Pada dasarnya setiap kita mengucapkan suatu kalimat, kita telah membuat kalimat baru, yang berbeda dari sekian banyak kalimat yang pernah kita ucapkan atau tuliskan. kemampuan seperti ini, yakni mampu membuat kalimat-kkalimat baru, disebut aspek Kreatif Bahasa. Dengan kata lain, menurut aliran ini sebuah tata bahasa hendaknya terdiri dari sekelompok kaidah yang tertentu jumlahnya, tetapi dapat menghasilkan kalimat yang tidak terbatas jumlahnya. Hal ini dapat kita bandingkan dengan kemampuan dalam mengalikan bilangan. Setiap orang yang telah menguasai perkalian 0-9, tentu akan dapat mengalikan perkalian lain, misalnya 19 x 37, atau 125 x 4319. Kemampuan untuk mendapatkan jawaban yang benar bukanlah karena dia telah pernah melihat atau melakukan perkalian tersebut, tetapi karena kaidah perkalian 0-9 telah dikuasai.
[HALAMAN GANJIL]
Chomsky, Bahasa, dan Martabat Manusia
=====================================
TIDAK seperti kebanyakan filosof linguistik, Avram
Noam Chomsky memiliki banyak wajah. Dia sangat dikenal
sebagai aktivis politik, pendidik, ahli propaganda,
dan tokoh antiperang. Lebih-lebih lagi: pembangkang
pemerintah Amerika Serikat. Dia menjuluki dirinya
sendiri "sejenis sosialis anarkis." Dan karena itu
sesuai dengan kepakaran, kepekaan, dan
ketertarikannya, dia menentang apa pun yang
dianggapnya tidak berkenan, dan mendukung apa pun yang
seharusnya demikian.
Tulisan-tulisannya sungguh mencerminkan seluruh
perhatiannya dengan baik. Di ranah linguistik, dia
menjadi pendiri analisis linguistik mazhab
generatif-transformasional, sebuah sistem analisis
yang merevolusikan linguistik. Sebagai politikus,
meskipun darahnya Yahudi dan adalah putra sarjana
Ibrani yang terkenal, dia sangat kerap menentang
keputusan pemerintah Amerika menyangkut dukungan
terhadap Israel dan Zionisme. Dalam propaganda, sejak
mahasiswa dia menentang perang Vietnam, dan menjadi
orang (baca: cendekiawan) yang paling nyinyir terhadap
keterlibatan Amerika di dunia Asia, terutama Asia
Tenggara. Dalam tulis-menulis, pemikirannya tertuang
baik berupa buku, kuliah, ceramah, pamflet, bahkan
proganda.
Meski demikian, untungnya, dia bukanlah tipe
cendekiawan golongan yang "sakit hati." Maksudnya,
kecendekiawanan, buku-buku, dan reputasi telah
mengantar dirinya menjadi sosok yang disegani. Sebagai
pemikir dan filosof, dia memperoleh kemasyuran sebelum
genap berusia empat puluh tahun, beberapa saat setelah
dia bergabung dengan MIT (Massachusetts Institute of
Technology) pada 1955 dan membangun teori tata bahasa
generatif-transformasional tersebut. Dia diakui banyak
memberikan sumbangan pemikiran terhadap ranah-ranah
yang diminatinya dengan pemikiran yang cerdas dan
maju.
Gagasan utama analisis linguistiknya ialah bahwa
bahasa merupakan hasil dari bawaan pancaindra manusia
dan tujuan linguistik, dengan demikian, ialah untuk
menentukan apa sifat universalnya dan menetapkan "tata
bahasa universal" yang mampu menjangkau seluruh
jajaran kemungkinan keragaman linguistik manusia.
Makanya Chomsky percaya di samping adanya aturan tata
bahasa yang khusus ke bahasa individu, (seharusnya)
terdapat pula aturan umum universal pada seluruh
bahasa-inilah yang menunjukkan bahwa kemampun
membentuk dan memahami bahasa memang alamiah pada
seluruh umat manusia.
Bukunya yang paling berpengaruh tentu saja Syntactic
Structures (1957) (yang disempurnakan di dalam Aspects
of the Theory of Syntax [1965]), Cartesian Thought: A
Chapter in the History of Rationalist Thought (1966),
Language and Mind (1972), The Logical Structure of
Linguistic Theory, dan Reflections on Language (1975).
Sedangkan Language and Responsibility (1979) mengupas
bahasa dan politik. Dilanjutkan dengan buku
politiknya, antara lain American Power and the New
Mandarins (1969), For Reason of State (1973), dan The
Fateful Triangle: The United States, Israel and the
Palestinians (1983). Dari karya-karya itu terlihat
jelas betapa Chomsky berhasil betul menggabungkan
kehidupan politik secara aktif disertai karir akademik
yang brilian. Dia kini adalah profesor di alma
maternya.
Ketertarikannya pada bahasa dan politik memang sudah
berlangsung sejak dia masih muda. Meskipun dia
mengambil jurusan matematika dan filsafat di
Universitas Pennsylvania, dia menyempatkan diri
belajar linguistik di bawah asuhan Zellig Harris, yang
pemikiran politiknya juga sejalan dengan idealisme
dirinya. Dia memperingatkan bahaya adanya anggapan
bahwa manusia bisa dikendalikan oleh teknik
(percobaan) yang terbukti berhasil diterapkan pada
binatang dan manusia. Dia juga melawan adanya
pemusatan kekuasaan pada sekelompok atau perorangan
maupun negara, baik oleh pemerintah yang kapitalis
ataupun-lebih-lebih-totalitarian. Kesadaran ini
membawanya pada tuntutan terhadap pemerintah AS yang
dianggapnya suka menghalang-halangi peranserta warga
awam di dalam pengambilan keputusan, dan mencabut
pertanyaan-pertanyaan moral politik menjadi
semata-mata untuk keperluan pragmatik.
Karena keradikalan itu, tentu saja banyak buku Chomsky
yang dibredel pemerintah, terutama yang berkenaan
dengan keputusan AS dalam politik, peperangan, dan
campur tangan ekonomi-politik ke negara lain. Hingga
kini, perlawanan itu tidak berhenti, tak terkecuali
tragedi WTC 11 September lalu. Menurutnya, pada
politik dalam negeri AS memang sangat represif dan
berpandangan picik terhadap suara-suara vokal dari
kalangan minoritas dan gerakan perubahan sosial.
Karenanya, di hadapan ajaran yang cenderung
berkompromi pada manusia dengan perilaku mekanistik,
sumbangan Chomsky menegaskan kembali kehormatan dan ke khasan seseorang
Linguistik adalah ilmiah [1] [2] studi bahasa alamiah. [3] [4] Linguistik mencakup beberapa sub-bidang. Pembagian topik yang penting adalah antara studi tentang struktur bahasa (tata bahasa) dan studi tentang makna (semantik dan pragmatik). Tata bahasa meliputi morfologi (pembentukan dan komposisi kata-kata), sintaksis (aturan yang menentukan bagaimana kata-kata bergabung menjadi frase dan kalimat) dan fonologi (studi tentang sistem suara dan suara abstrak unit). Phonetics adalah cabang linguistik yang terkait peduli dengan sifat sebenarnya bunyi ujaran (ponsel), non-pidato suara, dan bagaimana mereka diproduksi dan dirasakan. Sub-disiplin lainnya linguistik meliputi: linguistik evolusioner, yang mempertimbangkan asal-usul bahasa, linguistik historis, yang membahas perubahan bahasa; sosiolinguistik, yang melihat hubungan antara variasi linguistik dan struktur sosial; psikolinguistik, yang membahas representasi dan berfungsi bahasa dalam pikiran; neurolinguistics, yang tampak pada representasi bahasa di otak; pemerolehan bahasa, yang mempertimbangkan bagaimana anak-anak memperoleh bahasa pertama mereka dan bagaimana anak-anak dan orang dewasa mereka memperoleh dan belajar bahasa kedua dan selanjutnya, dan analisis wacana, yang merupakan berkaitan dengan struktur teks-teks dan percakapan, dan pragmatik dengan makna bagaimana ditularkan didasarkan pada kombinasi kompetensi linguistik, pengetahuan non-linguistik, dan konteks pidato bertindak.
Linguistik adalah sempit didefinisikan sebagai pendekatan ilmiah untuk mempelajari bahasa, tetapi bahasa dapat, tentu saja, didekati dari berbagai arah, dan sejumlah intelektual lainnya yang relevan dengan disiplin dan mempengaruhi belajar. Semiotika, misalnya, adalah bidang terkait berkaitan dengan studi umum tanda dan simbol-simbol baik dalam bahasa dan di luar itu. Sastra teoretisi studi penggunaan bahasa dalam seni sastra. Linguistik tambahan menarik pada pekerjaan dari bidang yang berbeda seperti itu sebagai psikologi, patologi bahasa pidato, informatika, ilmu komputer, filsafat, biologi, anatomi manusia, neuroscience, sosiologi, antropologi, dan akustik.
Dalam lapangan, ahli bahasa yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang baik studi lapangan atau menggunakan metodologi linguistik untuk kelompok belajar bahasa atau bahasa tertentu. Di luar lapangan, istilah ini sering digunakan untuk merujuk kepada orang-orang yang berbicara dalam banyak bahasa atau memiliki kosakata yang besar.
Isi
[hide]
• 1 Nama untuk disiplin
• 2 Fundamental keprihatinan dan divisi
• 3 Variasi dan universalitas
• 4 Struktur
• 5 Beberapa sub-bidang yang dipilih
o Riwayat 5,1 linguistik
o 5,2 Semiotika
o 5,3 Deskriptif bahasa linguistik dan dokumentasi
o 5,4 linguistik Terapan
• 6 Deskripsi dan resep
• 7 Pidato dan menulis
• 8 Sejarah
• 9 Sekolah studi
o 9,1 Generative grammar
o Cognitive 9,2 linguistik
• 10 Lihat pula
• 11 Referensi
• 12 Pranala luar
Nama untuk disiplin
Sebelum abad kedua puluh, istilah "filologi", pertama kali dibuktikan pada 1716, [5] sering digunakan untuk merujuk pada ilmu bahasa, yang kemudian terutama sejarah fokus. [6] Sejak Ferdinand de Saussure 's desakan di pentingnya analisis sinkronis Namun, fokus telah bergeser [7] dan istilah "filologi" sekarang umumnya digunakan untuk "mempelajari bahasa tata bahasa, sejarah dan tradisi sastra," terutama di Amerika Serikat, [8] di mana ia tidak pernah sama populernya seperti yang di tempat lain (dalam arti "ilmu bahasa"). [5]
Meskipun istilah "ahli bahasa" dalam arti "mahasiswa bahasa" tanggal dari 1641, [9] istilah "linguistik" pertama kali dibuktikan pada tahun 1847. [9] Hal ini sekarang menjadi biasa istilah akademik dalam bahasa Inggris untuk studi ilmiah bahasa.
Fundamental keprihatinan dan divisi
Linguistik keprihatinan sendiri dengan menggambarkan dan menjelaskan sifat dari bahasa manusia. Relevan dengan hal ini adalah pertanyaan tentang apa yang universal bahasa, bagaimana bahasa dapat bervariasi, dan bagaimana manusia mengenal bahasa. Semua manusia (sangat mengesampingkan kasus-kasus patologis) mencapai kompetensi dalam bahasa apa pun yang diucapkan (atau ditandatangani, dalam hal ditandatangani bahasa) di sekitar mereka ketika tumbuh dewasa, dengan sedikit kebutuhan untuk tampaknya sadar instruksi yang eksplisit. Sementara non-manusia mendapatkan sistem komunikasi mereka sendiri, mereka tidak memperoleh bahasa manusia dengan cara ini (walaupun banyak binatang non-manusia dapat belajar untuk merespon bahasa, atau bahkan bisa dilatih untuk menggunakannya untuk gelar). [10] Oleh karena itu , ahli bahasa mengasumsikan, kemampuan untuk mendapatkan dan menggunakan bahasa adalah bawaan, biologis berbasis potensi manusia modern, mirip dengan kemampuan untuk berjalan. Tidak ada konsensus Namun, untuk tingkat potensi bawaan ini, atau domain-spesifik (sejauh mana kemampuan bawaan seperti yang spesifik dengan bahasa), dengan beberapa ahli teori menyatakan bahwa ada set yang sangat besar yang sangat abstrak dan pengaturan kode biner tertentu ke dalam otak manusia, sementara yang lain mengklaim bahwa kemampuan untuk belajar bahasa merupakan produk umum kognisi manusia. Akan tetapi, pada umumnya sepakat bahwa tidak ada perbedaan genetik yang kuat yang mendasari perbedaan antara bahasa-bahasa: seorang individu akan memperoleh bahasa apa pun (s) ia terkena sebagai seorang anak, terlepas dari asal etnik atau asal usul. [11]
Struktur linguistik adalah pasangan makna dan formulir pasangan tersebut dikenal sebagai Saussurean tanda-tanda. Dalam pengertian ini, bentuk dapat terdiri dari pola-pola suara, gerakan tangan, ditulis simbol, dan sebagainya. Ada banyak sub-bidang terkait dengan aspek-aspek tertentu dari struktur linguistik, mulai dari yang berfokus terutama pada formulir ini untuk mereka yang berfokus terutama pada makna:
• Fonetik, studi tentang sifat-sifat fisik pidato (atau ditandatangani) produksi dan persepsi
• Fonologi, studi tentang suara-suara (atau tanda-tanda) sebagai diskrit, elemen abstrak dalam pikiran pembicara yang membedakan makna
• Morfologi, studi tentang struktur internal kata-kata dan bagaimana mereka dapat dimodifikasi
• Sintaks, studi tentang bagaimana kata-kata gramatikal bergabung menjadi kalimat
• Semantik, studi tentang makna kata (semantik leksikal) dan tetap kombinasi kata (ungkapan), dan bagaimana menggabungkan ini untuk membentuk makna kalimat
• Pragmatics, studi tentang bagaimana ucapan-ucapan yang digunakan dalam tindakan komunikatif, dan peran yang dimainkan oleh konteks dan non-linguistik pengetahuan dalam transmisi makna
• Analisis wacana, analisis bahasa yang digunakan dalam teks (lisan, tertulis, atau ditandatangani)
Banyak linguis akan setuju bahwa pembagian ini cukup tumpang tindih, dan signifikansi independen dari masing-masing daerah tersebut tidak diakui secara universal. Meskipun ada linguis posisi tertentu, masing-masing daerah memiliki konsep inti yang signifikan yang mendorong penyelidikan ilmiah dan penelitian.
Di samping ini termotivasi secara struktural-wilayah studi bidang linguistik lain, dibedakan oleh jenis-jenis faktor-faktor non-linguistik yang mereka anggap:
• Applied linguistik, studi tentang isu-isu terkait bahasa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama kebijakan bahasa, perencanaan, dan pendidikan. (Bahasa Dibangun Terapan sesuai di bawah linguistik.)
• Biolinguistics, studi tentang alam serta manusia-mengajarkan sistem komunikasi pada hewan, dibandingkan dengan bahasa manusia.
• Klinis linguistik, aplikasi teori linguistik untuk bidang Speech-Language Pathology.
• Komputasi linguistik, studi tentang implementasi komputasi struktur-struktur linguistik.
• Perkembangan linguistik, studi tentang pengembangan kemampuan linguistik dalam individu, terutama akuisisi bahasa di masa kanak-kanak.
• Evolusioner linguistik, studi tentang asal-usul dan perkembangan selanjutnya bahasa dengan spesies manusia.
• Linguistik historis atau diakronis linguistik, studi bahasa berubah dari waktu ke waktu.
• Bahasa geografi, studi tentang distribusi geografis bahasa dan linguistik fitur.
• Tipologi linguistik, studi tentang sifat-sifat umum yang tidak terkait beragam bahasa, sifat-sifat yang mungkin, cukup diberikan pengesahan, bisa diasumsikan sebagai bawaan untuk kemampuan bahasa manusia.
• Neurolinguistics, studi tentang struktur dalam otak manusia yang mendasari tata bahasa dan komunikasi.
• Psikolinguistik, studi tentang proses-proses kognitif dan representasi yang mendasari penggunaan bahasa.
• Sosiolinguistik, studi tentang variasi bahasa dan hubungannya dengan faktor-faktor sosial.
• Gaya bahasa, studi tentang faktor-faktor linguistik yang menempatkan sebuah wacana dalam konteks.
Disiplin terkait semiotika menyelidiki hubungan antara tanda-tanda dan apa yang mereka menandakan. Dari perspektif semiotika, bahasa dapat dilihat sebagai tanda atau simbol, dengan dunia sebagai perwakilan. [Rujukan?]
Variasi dan universalitas
Banyak penelitian linguistik modern, khususnya dalam paradigma dari tata bahasa generatif, telah memperhatikan dirinya dengan mencoba untuk menjelaskan perbedaan antara bahasa-bahasa dunia. Hal ini telah bekerja pada asumsi bahwa jika kemampuan bahasa manusia yang sempit dibatasi oleh biologi manusia, maka semua bahasa harus berbagi sifat-sifat dasar tertentu.
Dalam teori generativist, koleksi sifat dasar semua bahasa berbagi adalah disebut sebagai tata bahasa universal (UG). Karakteristik khusus tata bahasa universal ini adalah topik yang sering diperdebatkan. Typologists dan non-ahli bahasa generativist biasanya merujuk hanya untuk bahasa universal, atau bahasa yang universal.
Kemiripan antara bahasa dapat memiliki sejumlah asal-usul berbeda. Dalam kasus yang paling sederhana, sifat universal mungkin karena aspek universal pengalaman manusia. Sebagai contoh, semua pengalaman manusia air, dan semua bahasa manusia memiliki kata untuk air. Kesamaan lainnya mungkin disebabkan keturunan umum: pada bahasa Latin yang diucapkan oleh orang-orang Romawi Kuno berkembang menjadi bahasa Spanyol di Spanyol dan Italia di Italia; kesamaan antara Spanyol dan Italia dengan demikian dalam banyak kasus karena keduanya berasal dari bahasa Latin. Dalam kasus lain, kontak antara bahasa - khususnya di mana banyak pembicara adalah bilingual - dapat mengakibatkan banyak meminjam dari struktur, serta kata-kata. Kesamaan mungkin juga, tentu saja, karena kebetulan. Inggris Spanyol mucho banyak dan tidak diturunkan dari bentuk yang sama atau meminjam dari satu bahasa ke bahasa yang lain, [12] dan tidak ada kesamaan karena bawaan pengetahuan linguistik (lihat Salah serumpun).
Argumen yang mendukung bahasa universal juga datang dari kasus didokumentasikan tanda bahasa (seperti Al-Sayyid Badui Sign Language) yang berkembang di masyarakat tuli congenitally orang, terlepas dari bahasa lisan. Sifat-sifat bahasa tanda ini umumnya sesuai untuk banyak sifat-sifat bahasa yang digunakan. Lain yang dikenal dan bahasa isyarat diduga isolat termasuk Kata Kolok, Nicaraguan Sign Language, dan Providence Island Sign Language.
Struktur
Ferdinand de Saussure
Telah dirasakan bahwa bahasa-bahasa cenderung diorganisir sekitar kategori gramatikal seperti nomina dan verba, nominatif dan akusatif, atau sekarang dan masa lalu, meskipun, penting, tidak semata-mata begitu. Tata bahasa yang diatur di sekitar kategori mendasar seperti itu, meskipun banyak bahasa mengungkapkan hubungan antara kata dan sintaks diskrit cara lain (bdk. beberapa bahasa bantu untuk kata benda / kata kerja hubungan, ergative-absolutive sistem untuk hubungan kasus, beberapa bahasa Pribumi Amerika untuk tegang / aspek hubungan).
Selain penggunaan substansial membuat kategori diskrit, bahasa memiliki sifat penting yang mengatur unsur-unsur ke rekursif struktur; ini memungkinkan, misalnya, sebuah frase nomina nomina lain mengandung frase (seperti "simpanse bibir") atau klausa untuk mengandung klausul (seperti dalam "Saya berpikir bahwa itu hujan"). Meskipun rekursi dalam tata bahasa secara implisit diakui jauh lebih awal (misalnya dengan Jespersen), pentingnya aspek bahasa ini menjadi lebih populer setelah publikasi 1957 Noam Chomsky 's buku Syntactic Structures, [13] yang disajikan tata bahasa resmi dari sebuah fragmen Inggris. Sebelum ini, deskripsi yang paling rinci sistem linguistik dari fonologi atau sistem morfologi.
Chomsky menggunakan tata bahasa bebas konteks ditambah dengan transformasi. Sejak itu, mengikuti tren Chomskyan linguistik, tata bahasa bebas konteks telah ditulis untuk fragmen besar berbagai bahasa (misalnya GPSG, untuk bahasa Inggris). Telah dibuktikan, bagaimanapun, bahasa manusia (terutama Belanda dan Swiss Jerman) termasuk serial lintas dependensi, yang tidak dapat ditangani secara memadai oleh tata bahasa bebas konteks. [14]
Beberapa sub-bidang yang dipilih
Linguistik historis
Artikel utama: Sejarah Linguistik
Studi linguistik historis sejarah dan evolusi bahasa melalui metode komparatif. Sering kali tujuan linguistik historis adalah untuk mengklasifikasikan bahasa dalam keluarga bahasa menurun dari nenek moyang. Berkembang ini perbandingan elemen dalam bahasa yang berbeda untuk mendeteksi kemungkinan sanak agar dapat merekonstruksi bagaimana bahasa yang berbeda telah berubah dari waktu ke waktu. Hal ini juga melibatkan kajian etimologi, studi tentang sejarah kata-kata tunggal. Linguistik historis juga disebut "linguistik diakronis" dan menentang "linguistik sinkronis" yang belajar bahasa di saat tertentu dalam waktu tanpa stages.In sebelumnya mengenai universitas di Amerika Serikat, perspektif historis sering keluar dari mode. Linguistik historis merupakan salah satu disiplin linguistik pertama muncul dan yang paling banyak dilakukan bentuk linguistik pada akhir abad ke-19. Pergeseran fokus ke perspektif sinkronis dimulai dengan Saussure dan menjadi dominan dalam linguistik barat dengan Noam Chomsky 's penekanan pada studi tentang aspek-aspek sinkronis dan universal bahasa.
Semiotika
Artikel utama: Semiotika
Semiotika adalah studi tentang proses tanda (semiosis), atau makna dan komunikasi, tanda-tanda dan simbol-simbol, baik secara individu dan dikelompokkan ke dalam sistem-sistem tanda, termasuk studi tentang bagaimana makna dibangun dan dipahami. Ahli semiotik sering tidak membatasi diri pada komunikasi linguistik ketika mempelajari penggunaan tanda-tanda tetapi memperluas arti "tanda" untuk mencakup semua jenis simbol budaya. Namun disiplin semiotik terkait erat dengan linguistik adalah studi sastra, analisis wacana, teks linguistik, dan filsafat bahasa.
Linguistik dan bahasa deskriptif dokumentasi
Artikel utama: Deskriptif linguistik
Sejak pengoperasian disiplin linguis linguistik telah peduli dengan menggambarkan dan mendokumentasikan bahasa yang sebelumnya tidak diketahui untuk ilmu pengetahuan. Dimulai dengan Franz Boas pada awal 1900-an deskriptif linguistik menjadi untai utama dalam linguistik Amerika sampai munculnya struktural formal linguistik pada pertengahan abad ke-20. Munculnya linguistik deskriptif Amerika disebabkan oleh keprihatinan dengan menggambarkan bahasa-bahasa yang masyarakat adat (dan) dengan cepat bergerak menuju kepunahan. Fokus etnografis Boasian asli jenis linguistik deskriptif disebabkan perkembangan disiplin ilmu seperti sosiolinguistik, antropologi linguistik, dan antropologi linguistik, disiplin ilmu yang menyelidiki hubungan antara bahasa, budaya dan masyarakat.
Penekanan pada deskripsi linguistik dan dokumentasi sejak itu menjadi lebih penting di luar Amerika Utara juga, sebagai dokumentasi bahasa pribumi mati dengan cepat telah menjadi fokus utama di banyak dunia 'program-program linguistik. Bahasa deskripsi adalah karya usaha intensif tahun biasanya membutuhkan lapangan kerja bagi ahli bahasa untuk belajar bahasa cukup baik untuk menulis sebuah referensi tata bahasa itu. Tugas yang lebih lanjut membutuhkan dokumentasi bahasa ahli bahasa untuk mengumpulkan korpus yang lebih besar dari teks dan rekaman suara dan video dalam bahasa, dan untuk mengatur penyimpanan dalam format yang dapat diakses secara terbuka repositori di mana ia mungkin menggunakan yang terbaik untuk penelitian lebih lanjut oleh peneliti lain. [15]
Applied linguistik
Artikel utama: linguistik Terapan
Ahli bahasa sebagian besar berkaitan dengan menemukan dan menggambarkan generalisasi dan varietas yang baik di dalam bahasa tertentu dan di antara semua bahasa. Terapan linguistik mengambil hasil temuan dan "berlaku" mereka ke daerah lain. Istilah "diterapkan linguistik" sering digunakan untuk merujuk pada penggunaan penelitian linguistik dalam pengajaran bahasa hanya [rujukan?], Tetapi hasil penelitian linguistik digunakan di banyak daerah lain juga, seperti leksikografi dan terjemahan. "Applied linguistik" telah diperdebatkan sebagai sesuatu yang keliru [siapa?], Sejak diterapkan linguis fokus pada pembuatan dan rekayasa rasa solusi bagi dunia nyata masalah-masalah linguistik, tidak hanya "penerapan" pengetahuan teknis yang ada dari linguistik; selain itu, mereka biasanya menerapkan pengetahuan teknis dari berbagai sumber, seperti sosiologi (misalnya analisis percakapan) dan antropologi.
Hari ini, komputer digunakan secara luas di banyak bidang linguistik terapan. Pidato sintesis dan pengenalan suara menggunakan pengetahuan fonetik dan fonemik suara untuk menyediakan interface untuk komputer. Aplikasi dari komputasi linguistik di mesin penerjemahan, terjemahan dibantu komputer, dan pengolahan bahasa alami adalah daerah linguistik terapan yang telah datang ke permukaan. Pengaruh mereka telah memiliki pengaruh pada teori-teori sintaksis dan semantik, sebagai model sintaksis dan semantik teori tentang kendala komputer.
Analisis linguistik adalah linguistik terapan subdiscipline digunakan oleh banyak pemerintah untuk memverifikasi mengklaim kewarganegaraan dari orang-orang mencari suaka yang tidak memegang dokumen yang diperlukan untuk membuktikan klaim mereka. [16] Hal ini sering mengambil bentuk wawancara dengan personil di departemen imigrasi . Tergantung pada negara, wawancara ini dilakukan di salah satu rumah sakit jiwa pencari Bahasa asli melalui penerjemah, atau internasional lingua franca seperti bahasa Inggris. [16] Australia menggunakan metode pertama, sementara Jerman menggunakan yang kedua; di Belanda menggunakan metode tersebut tergantung pada bahasa yang terlibat. [16] Rekaman wawancara kemudian menjalani analisis bahasa, yang dapat dilakukan baik oleh kontraktor swasta atau dalam sebuah departemen pemerintah. Dalam analisis ini, fitur linguistik pencari suaka digunakan oleh para analis untuk membuat penetapan tentang kewarganegaraan pembicara. Temuan yang dilaporkan dari analisis linguistik dapat memainkan peran penting dalam keputusan pemerintah mengenai status pengungsi pencari suaka. [16]
Deskripsi dan resep
Artikel utama: Deskriptif linguistik, Linguistic resep
Linguistik bersifat deskriptif; linguis menggambarkan dan menjelaskan fitur bahasa tanpa membuat penilaian subjektif pada apakah fitur tertentu adalah "benar" atau "salah". Hal ini analog dengan praktek dalam ilmu-ilmu lain: sebuah zoologi mempelajari hewan tanpa membuat penilaian subjektif pada apakah hewan tertentu lebih baik atau lebih buruk daripada yang lain.
Resep, di sisi lain, adalah sebuah usaha untuk mempromosikan penggunaan bahasa tertentu atas orang lain, sering menguntungkan dialek tertentu atau "acrolect". Ini mungkin memiliki tujuan membentuk standar linguistik, yang dapat membantu komunikasi di daerah geografis yang besar. Mungkin juga, Namun, menjadi suatu upaya oleh pembicara dari satu bahasa atau dialek untuk menggunakan pengaruh lebih penutur bahasa atau dialek lain (lihat Linguistic imperialisme). Versi ekstrem prescriptivism dapat ditemukan di antara sensor, yang berusaha untuk membasmi kata-kata dan struktur yang mereka anggap akan merusak masyarakat.
Berbicara dan menulis
Kebanyakan ahli bahasa kontemporer bekerja di bawah asumsi yang diucapkan (atau ditandatangani) bahasa yang lebih fundamental daripada bahasa tulisan. Hal ini karena:
• Pidato tampaknya bersifat universal untuk semua manusia mampu memproduksi dan mendengar itu, sementara ada banyak budaya dan masyarakat yang pidato kurangnya komunikasi tertulis;
• Pidato berevolusi sebelum manusia diciptakan menulis;
• Orang belajar untuk berbicara dan memproses bahasa yang digunakan lebih mudah dan lebih awal dari tulisan;
Linguis tetap setuju bahwa studi bahasa tertulis dapat bermanfaat dan berharga. Untuk penelitian yang bergantung pada korpus linguistik dan komputasi linguistik, bahasa tertulis seringkali jauh lebih nyaman untuk memproses sejumlah besar data linguistik. Korporasi besar bahasa lisan sulit untuk membuat dan sulit ditemukan, dan biasanya ditranskripsi dan ditulis. Selain itu, ahli bahasa telah berpaling ke wacana berbasis teks yang terjadi dalam berbagai format dari komunikasi melalui komputer sebagai situs yang layak untuk penyelidikan linguistik.
Studi tentang sistem penulisan sendiri adalah dalam kasus apa pun dianggap sebagai cabang linguistik.
Sejarah
Artikel utama: Sejarah linguistik
Beberapa kegiatan linguistik yang paling awal dapat ingat dari Zaman Besi India dengan analisis Sanskerta. The Pratishakhyas (dari ca. Abad ke-8 SM) merupakan saat itu adalah proto-linguistik ad hoc koleksi pengamatan tentang mutasi terhadap suatu korpus yang diberikan khusus untuk sekolah Weda. Studi sistematik teks-teks ini menimbulkan ke Wedangga disiplin Vyakarana, paling awal tentang hidup yang merupakan karya Panini (c. 520-460 SM), yang, bagaimanapun, melihat ke belakang pada apa yang mungkin beberapa generasi ahli tata bahasa, yang pendapat dia kadang-kadang merujuk kepada. Panini 4.000 merumuskan dekat dengan peraturan yang bersama-sama membentuk sebuah kompak generatif tata bahasa dari bahasa Sanskerta. Melekat dalam pendekatan analitik adalah konsep-konsep dari fonem, yang morfem dan akar. Karena fokusnya pada singkatnya, dengan tata bahasa memiliki struktur yang sangat unintuitive, mengingatkan kontemporer "bahasa mesin" (sebagai lawan dari "yang dapat dibaca manusia" bahasa pemrograman).
India linguistik mempertahankan tingkat tinggi selama beberapa abad; Patanjali pada abad ke-2 SM masih aktif mengkritik Panini. Pada abad-abad kemudian SM, bagaimanapun, tata bahasa Panini datang untuk dilihat sebagai preskriptif, dan komentator datang untuk sepenuhnya bergantung pada itu. Bhartrihari (c. 450-510) berteori tindakan pidato sebagai terdiri dari empat tahapan: pertama, konseptualisasi ide, kedua, yang verbalisasi dan sequencing (artikulasi) dan ketiga, penyampaian pidato ke atmosfer udara, penafsiran pidato oleh pendengar, penafsir.
Barat linguistik dimulai di Antiquity klasik dengan tata bahasa spekulasi seperti Plato 's Cratylus. Pertama kemajuan penting Yunani adalah penciptaan alfabet. Sebagai hasil dari pengenalan tulisan, puisi seperti puisi Homer menjadi beberapa edisi yang ditulis dan diciptakan dan berkomentar, membentuk dasar filologi dan kritikus. Para sofis dan Socrates memperkenalkan dialektika sebagai genre teks baru. Aristoteles mendefinisikan logika pidato dan argumen. Selain Aristoteles bekerja pada retorika dan puisi adalah sangat penting untuk mengecilkan tragedi, puisi, diskusi publik dan lain-lain sebagai teks genre.
Salah satu yang terbesar di Yunani ahli tata bahasa adalah Apollonius Dyscolus. [17] Apollonius menulis lebih dari tiga puluh risalah pada pertanyaan sintaksis, semantik, morfologi, ilmu persajakan, ortografi, dialektologi, dan banyak lagi. Dalam ke-4 c., Donatus Aelius menyusun tata bahasa Latin Ars Grammatica itu sudah bisa sekolah yang menentukan teks melalui Abad Pertengahan. [18] Dalam vulgari De eloquentia ( "Di Eloquence dari Vemacular"), Dante Alighieri memperluas cakupan penyelidikan linguistik dari bahasa tradisional kuno untuk menyertakan bahasa hari. [rujukan?]
Di Timur Tengah, di Persia linguis Sibawayh membuat deskripsi rinci dan profesional dari Arab di 760, dalam karya monumental, Al-kitab fi al-nahw (الكتاب في النحو, Kitab pada Tata Bahasa), membawa banyak aspek linguistik bahasa untuk cahaya. Dalam bukunya ia membedakan fonetik dari fonologi. [Rujukan?]
Sir William Jones mencatat bahwa sanskrit berbagi banyak fitur-fitur umum dengan klasik Latin dan Yunani, khususnya akar kata kerja dan struktur gramatikal, seperti sistem kasus. Hal ini menyebabkan teori bahwa semua bahasa cucu dari sumber yang sama dan untuk penemuan Indo-Eropa rumpun bahasa. Ia mulai mempelajari linguistik komparatif, yang akan mengungkap lebih banyak bahasa keluarga dan cabang.
Pada abad ke-19 Eropa studi linguistik sebagian besar dari perspektif filologi (atau sejarah linguistik). Beberapa awal abad ke-19 ahli bahasa itu Jakob Grimm, yang menyusun prinsip yg terdiri dr konsonan pergeseran dalam pengucapan - dikenal sebagai Hukum Grimm - tahun 1822; Karl Verner, yang merumuskan Hukum Verner; August Schleicher, yang menciptakan "Stammbaumtheorie" ( "pohon keluarga "); dan Johannes Schmidt, yang mengembangkan" Wellentheorie "(" gelombang model ") pada tahun 1872.
Ferdinand de Saussure adalah pendiri linguistik struktural modern, dengan penekanan pada sinkronis (yaitu non-historis) penjelasan bagi bentuk bahasa.
Di Amerika Utara, tradisi strukturalis tumbuh dari kombinasi misionaris linguistik (yang tujuannya adalah untuk menerjemahkan Alkitab) dan Antropologi. Meskipun awalnya dianggap sebagai sub-bidang antropologi di Amerika Serikat [19] [20], linguistik sekarang dianggap disiplin ilmu yang terpisah di Amerika Serikat, Australia dan sebagian besar Eropa.
Edward Sapir, pemimpin dalam linguistik struktural Amerika, adalah salah satu pertama yang menjelajahi hubungan antara studi bahasa dan antropologi. Metodologi-nya memiliki pengaruh kuat pada semua para penerusnya. Noam Chomsky 's model resmi bahasa, tata bahasa generatif transformasi, berkembang di bawah pengaruh gurunya Zellig Harris, yang pada gilirannya sangat dipengaruhi oleh Leonard Bloomfield, telah menjadi model dominan sejak 1960-an.
Periode linguistik struktural sebagian besar digantikan di Amerika Utara oleh tata bahasa generatif pada 1950-an dan 60-an. Paradigma ini tinjauan bahasa sebagai objek mental, dan menekankan peran pemodelan formal bahasa universal dan aturan-aturan tertentu. Noam Chomsky tetap penting tapi kontroversial tokoh linguistik. Tata bahasa generatif melahirkan kerangka kerja seperti seperti Transformational tata bahasa, Generative Semantics, Relational Grammar, Generalized Phrase-struktur Grammar, Head-Driven Phrase Structure Grammar (HPSG) dan leksikal Functional Grammar (LFG). Ahli bahasa lain yang bekerja di optimalitas Teori generalisasi negara dalam hal violable kendala yang berinteraksi satu sama lain, dan meninggalkan aturan tradisional berbasis formalisme dipelopori pertama bekerja di generativist awal linguistik.
Fungsionalis linguis bekerja di tata bahasa fungsional dan Linguistik Kognitif cenderung menekankan non-otonomi pengetahuan linguistik dan non-universalitas struktur-struktur linguistik, sehingga berbeda secara signifikan dari pendekatan formal.
Sekolah studi
Ada berbagai pendekatan untuk studi linguistik. Longgar ini dapat dibagi (meskipun tidak tanpa kontroversi) ke formalis dan pendekatan fungsionalis. Pendekatan formalis menekankan pentingnya bentuk-bentuk linguistik, dan mencari penjelasan untuk struktur bahasa dari dalam sistem linguistik itu sendiri. Sebagai contoh, kenyataan bahwa bahasa menunjukkan rekursi mungkin akan dikaitkan dengan aturan rekursif. Sebaliknya linguis fungsionalis melihat struktur bahasa sebagai didorong oleh fungsinya. Sebagai contoh, fakta bahwa bahasa sering menempatkan informasi topikal dalam kalimat pertama, mungkin karena komunikatif harus memasangkan informasi lama dengan informasi baru dalam wacana.
Tata bahasa generatif
Artikel utama: Generative tata bahasa
Selama paruh terakhir abad kedua puluh, mengikuti karya Noam Chomsky, linguistik didominasi oleh sekolah generativist. Sementara dirumuskan oleh Chomsky dalam bagian sebagai cara untuk menjelaskan bagaimana manusia memperoleh bahasa dan kendala biologis akuisisi ini, dalam praktiknya itu sebagian besar sudah peduli dengan memberikan laporan resmi dari fenomena spesifik dalam bahasa alam. Teori generatif modularist dan formalis dalam karakter. Linguistik formal tetap dominan paradigma untuk mempelajari linguistik, [21], meskipun tulisan-tulisan Chomsky juga mengumpulkan banyak kritik.
Linguistik kognitif
Artikel utama: Cognitive linguistik
Pada 1970-an dan 1980-an, sebuah sekolah baru pemikiran yang dikenal sebagai linguistik kognitif muncul sebagai reaksi terhadap teori generativist. Dipimpin oleh teoretisi seperti Ronald Langacker dan George Lakoff, ahli bahasa yang bekerja dalam bidang linguistik kognitif mengandaikan bahwa bahasa adalah sebuah mendadak milik dari dasar, tujuan umum proses kognitif, meskipun linguistik kognitif juga menjadi subyek dari banyak kritik [22]. Berbeda dengan sekolah generativist linguistik, linguistik kognitif adalah non-modularist dan fungsionalis dalam karakter. Perkembangan penting dalam linguistik kognitif meliputi tata bahasa kognitif, kerangka semantik, dan konseptual metafora, yang semuanya didasarkan pada gagasan bahwa bentuk-fungsi korespondensi berdasarkan pernyataan yang diperoleh dari pengalaman yang terkandung merupakan unit dasar bahasa.
A. Pengertian Infleksi dan Derivasi
Infleksi adalah suatu proses penambahan morpheme infleksional kedalam sebuah kata yang mengandung indikasi gramatikal seperti jumlah, orang, gender, tenses, atau aspek. Dibandingkan dengan derivasi menghasilkan kata baru dari suatu kata dasar, yang kadang-kadang mengubah kelas kata seperti perubahan noun menjadi verb.
Morphologi infleksional membahas berbagai bentuk leksem, sedangkan morphologi derivational berurusan dengan pembentukan leksem baru melalui proses afiksasi.
Derivasi dibagi kedalam dua kategori yaitu derivasi mempertahankan kelas (class maintaining derivation) dan derivasi perubahan kelas (class changing derivation). Derivasi mempertahanan kelas adalah derivasi leksem baru yang sama kelasnya dengan basis darimana leksem itu dibentuk,sedangkan derivasi perubahan kelas menghasilkan leksem yang kelasnya berbeda dengan basisnya.
Menurut bickford dkk. Morfologi sering dibagi kedalam dua kategori besar, yaitu morphologi infleksional dan morphologi derivasional. Morphologi derivational mengambil satu kata dan mengubahnya menjadi kata yang lain yakni menciptakan entri-entri leksikal baru.
Dipihak lain morfologi infleksional tidak mengubah satu kata menjadi kata yang lain dan tidak pernah mengubah kategori sintaksis, sebaliknya menghasilkan bentuk lain dari kata yang sama.
Lyons menggunakan istilah ‘leksem’ (lexeme) untuk menyebut istilah ‘kata’, sebagai satuan yang lebih abstrak yang terdapat pada bentuk-bentuk infleksional yang berbeda berdasarkan kaidah sintaksis tertentu.
Matthews membedakan pengertian kata atas beberapa pengertian. Menurut pengertian pertama, kata ialah apa yang disebut kata fonologis atau ortografis (phonological or orthographical word); menurut pengertian kedua, kata ialah apa yang disebut leksem (lexeme); dan kata menurut pengertian ketiga ialah apa yang disebut kata gramatikal (gramatical word).
Kata menurut pengertian yang petama semata-mata berdasarkan atas wujud fonologis atau wujud ortografisnya sedangkan pengertian yang kedua dan ketiga berhubungan dengan konsep derivasi dan infleksi.
Sehubungan dengan pernyataan diatas, secara jelas membagi morphologi kedalam dua bidang, yaitu morphologi infleksional (infektional morphology), dan morphologi lesikal (leksical morphology) atau morphologi derivasional (derivational morphologi). Dalam hal ini, Matthews membedakan antara proses infleksi dan proses pembentukan kata (word-formation).
Morphologi leksikal mengkaji kaidah-kaidah pembentukan yang menghasilkan kata-kata baru secara leksikal berbeda atau beridentitas baru dibandingkan kata yang menjadi dasarnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Machand ‘word formation is the branch of the science of language which studies the pattern on which a language form new lexical units, i.e. word’.
Jadi menurut Merchand pembentukan kata adalah cabang dari bahasa yang mengkaji pola-pola dimana sebuah bahasa membentuk satuan-satuan leksikal baru yaitu kata. Dengan demikian, yang relevan pembentukan kata ialah yang termasuk morphologi leksikal atau morphologi derivasional; sedangkan morphologi infleksional sebenarnya tidak termasuk kedalam pembentukan kata yang dimaksudkan di sini karena pembentukan itu hanya menghasilkan bentuk-bentuk kata yang berbeda dari sebuah leksem yang sama.
B. Perbedaan antara infleksi dan derivasi
Menurut Nida (1949:99) perbedaan antara infleksi dan derivasi adalah sebagai berikut:
Infleksi
1. Cenderung merupakan formasi luar muncul lebih jauh dari stem ketimbang afiks derivational:
2. Cenderung kurang bervariasi, namun dengan distribusi yang luas.
3. Digunakan untuk mencocokkan kata-kata bagi pemakaian dalam sintaksis, namun tidak pernah mengubah kelas kata.
4. Kata-kata yang dibentuk melalui infleksi tidak termasuk kelas distribusi yang sama dengan anggota-anggota yang tidak diinfleksikan dari kelas yang sama.Infleksi relevan sama sintaksis.
5. Paradigma infleksional cenderung dibatasi dengan baik,homogen,dan menentukan kelas-kelas bentuk mayor.
Derivasi
1. Cenderung merupakan formasi dalam, muncul lebih dekat ke stem ketimbang afiks infleksional.
2. Cenderung lebih bervariasi, namun dengan distribusi yang terbatas.
3. Digunakan untuk menetapkan kata-kata dalam satu kelas dan umumnya mengubah kelas kata.
4. Kata-kata yang dibentuk melalui derivasi termasuk kelas distribusi yang sama dengan anggota-anggota yang tidak diturunkan, Perubahan yang diakibatkan oleh derivasi relevan. Secara morfologis,
5. Paradigma deivasional cenderung tidak dibatasi dengan baik, heterogen, dan hanya menentukan kata-kata tunggal.
Selain itu Nida juga memberikan uraian perihal perbedaan antara infleksi dan derivasi sebagai berikut:
1) Pembentukan derivasional termasuk jenis kata yang sama dengan kata tunggal (yang termasuk sistem jenis kata tertentu) (misalnya,singer ‘penyanyi’ (nominal)), dari verba (to) sing ‘menyanyi’, termasuk kata yang sama dengan kata ‘boy’ (anak laki-laki), sedangkan pembentukan infleksional tidak (misalnya verba polimerfemis walked tidak termasuk beridentitas sama dengan verba monomorfemis yang manapun juga dalam system morfologi bahasa inggris).
2) Secara statistic, afiks derivasional lebih beragam (misalnya, dalam bahasa inggris terdapat afiks-afiks pembentuk nominal sepeti: -er.-ment,-ion,-ation,-ness) (singer,arrangement,correction,nationalization,stableness). Sedangkan afiks infleksional dalam bahasa inggris kurang beragam (-s (dengan segala variasinya), -ed1, -ed2, -ing: work, worked1, worked2, working.
3) Afiks-afiks derivasional dapat mengubah kelas kata, sedangkan afiks infleksional tidak.
4) Pembentukan derivasional dapat menjadi dasar bagi pembentukan berikutnya (sing(v)→singer(n)→singers(n)), sedangkan pembentukan infleksional tidak.
5) Afiks-afiks derivasional mempunyai distribusi yang lebih terbatas (misalnya, afiks derivasional –er diramalkan tidak selalu terdapat pada dasar verba untuk membentuk nominal), sedangkan afiks infleksional mempunyai distribusi yang lebih luas.
Berkaitan dengan hal itu, Verhaar menyatakan bahwa semua perubahan afiksasi yang melampaui identitas kata disebut derivasi, sedangkan yang mempertahankan indentitas disebut infleksi. Prinsip yang diikuti adalah setiap pembentukan yang menghasilkan jenis kata baru (pembentukan derivasional) selalu berarti pula perpindahan identitas leksikalnya (menulis (v) → penulis (n)); tetapi tidak sebaiknya, setiap perpindahan identitas leksikalnya, berarti pula perpindahan jenis kata. Misalnya, verba berangkat dan memberangkatkan. Verba memberangkatkan dibentuk dari kata berangkat. Sekalipun kedua kata itu sama-sama termasuk verba, namun kedua-duanya memiliki identitas leksikal yang berbeda.verba berangkat termasuk intransitif, sedangkan memberangkatkan termasuk transitif. Karena identitas leksikalnya berbeda maka referensinya juga berbeda. Hal serupa juga dapat dilihat pada contoh lurah → kelurahan atau professor → professorship. sekalipun kata-kata lurah atau kelurahan serta professor atau professorship sama-sama termasuk nominal, namun kata-kata ini memiliki identitas leksikal yang berbeda. Hal itu diketahui berdasarkan tes dekomposisi leksikal sebagaimana diusulkan Verhaar atau berdasarkan penguraian fitur semantiknya. Uraian yang diberikan Verhaar Itu pada dasarnya bersesuaian dengan uraian yang diberikan oleh Bauer dan Matthews.
Bauer dan Matthews melengkapi uraiannya dengan seperangkat criteria operasional untuk membedakan derivasi dengan infleksi. Bauer mengatakan bahwa derivasi adalah proses morfemis yang menghasilkan leksem baru,sedangkan infleksi adalah proses morpemis yang menghasilkan bentuk-bentuk kata yang berbeda dari sebuah leksem yang sama. Atau, menurut rumusan Marchand, morfem afiks infleksional membentuk bentuk-bentuk kata yang berbeda dari sebuah kata yang sama, tidak membentuk sebuah leksikal baru. Dengan demikian, afiks infleksional tidak relevan bagi pembentukan kata. Dengan rumusan lain,pembentukan infleksional menghasilkan bentuk-bentuk kata yang berbeda dalam satuan paradigma. Sedangkan pembentukan derivasional menghasilkan kata dengan paradigma yang berbeda. Hal ini dapat dicontohkan sbb:
(I) work
(He) works
(They) worked 1
(I have) worked2
(He is) working
Bentuk-bentuk work, works, worked, working adalah bentuk-bentuk yang berbeda dari leksem yang sama, yaitu WORK (leksem dilambangkan/dituliskan dengan huruf besar). Morfologi yang berkaitan dengan bentuk-bentuk kata tersebut termasuk infleksional. Dari leksam WORK dapat dibentuk leksem baru WORKER yang termasuk nomina. Pembentukan dari kata WORK → WORKER itu disebut derivasional. Jadi, berdasakan kaidah-kaidah gramatikal yang teramalkan dapat dinyatakan bahwa leksem WORK dapat berwujud work, works, worked1, worked2, atau working. Demikian pula dari leksem WORKER dapat diramalkan hadirnya bentuk-bentuk kata worker dan workers seperti halnya dari leksem boy dapat diramalkan hadirnya bentuk-bentuk kata boy dan boys. Jadi, paradigma seperti work, works, worked1, worked2, working atau paradigma seperti worker, workers masing-masing termasuk paradigma infleksional. Bedanya, yang pertama terdapat dalam paradigma verba dan yang kemudian terdapat dalam paradigma nomina.
Ciri keteramalan atau yang bersifat otomatis pada pembentukan infleksional sangat ditekankan baik oleh Aronoff maupun Bauer. Maksudnya, setiap dasar verba bahasa inggris akan mengalami paradigma infleksional seperti pada leksem WORK tersebut sekalipun secara permukaan bentuknya bervariasi. Hal serupa dapat dijumpai pada bahasa Indonesia. Setiap dasar V yang termasuk transitif diramalkan memiliki bentuk-bentuk meng-D, di-D, kau-D, kadang-kadang ter-D (D:dasar) berdasarkan kaidah yang dapat diterangkan. Misalnya dasar pukul atau tulis diramalkan memiliki bentuk-bentuk kata:
(Saya) memukul (dia) atau menulis (surat)
(Saya) dipukul (-nya) atau (surat) ditulis (-nya)
(Dia) kupukul atau (surat) kutulis
(Dia) kaupukul atau (surat) kautulis.
Munculnya bentuk memukul/menulis adalah kalau subjek (S) berperan pelaku (agen) atau kalimat itu berfokus pelaku; munculnya bentuk dipukul/ditulis atau kaupukul/kautulis manakala S berperam bukan sebagai pelaku atau barangkali sebagai pasien (berfokus pasien). Munculnya bentuk ku-D adalah manakala pelaku adalah orang pertama, bentuk kau-D manakala orang kedua dan munculnya di-D manakala pelaku perbuatan netral terhadap orang pertama atau orang kedua. Munculnya bentuk ter-D bersifat tak teramalkan karena kendala semantic.
Berbeda dari pembentukan infleksional pembentukan derivasional bersifata tak teramalkan. Bagaimanapun juga diakui sifat idiosinkretis (keanehan-keanehan, tak pasti) pada pembentukan derivasional. Misalnya, meskipun terdapat pola pembentukan WORK: WORKER, WRITE: WRITER, SPEAK: SPEAKER tetapi tidak terdapat AGREE; *AGREER. Demikian pula terdapat keanehan semantic pada pembentukan derivasional. Misalnya, kata worker disamping berarti ‘orang yang bekerja’ juga dapat berarti ‘buruh, karyawan’.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap proses morfologis yang menghasilkan kata yang secara leksikal beridentitas baru dianggap sebagai pembentukan derivasional. Misalnya, kata-kata penulis, tulisan,dan penulisan yang memiliki morfem dasar tulis harus dimasukkan sebagai pembentukan derivasional berdasarkan referennya maupun berdasarkan vitur-vitur semantiknya.
Selain itu ada tiga perbedaaan penting lainnya antara infleksi dan derivasi. Perbedaan pertama menyangkut produktivitas. Morfologi infleksional sangat produktif, sedangkan morfologi derivasional tidak produktif. Hal ini menunjukkan bahwa jika kita mengambil afiks imfleksional yang biasanya muncul dengan verba, maka kita dapat menambahkannya kepada kata-kata yang baru dibentuk atau dipinjam.
Di pihak lain, afiks derivasional tak dapat dibangun dengan keumuman yang seperti ini. Sesungguhnya afiks derivasionl sering tak dapat digunakan bahkan pada kata-kata yang telah berada dalam bahasa itu selama berabad-abad. Tentu saja, beberapa afiks derivasional lebih produktif dari afiks yang lainnya. Sufiks –er misalnya, dalam bahasa inggris lebih produktif.
Perbedaaan lain adalah bahwa afiks derivasional sering memiliki makna leksikal, sedangkan afiks infleksional biasanya memiliki makna gramatikal. Misalnya, makna –er dalam bahasa inggris dapat diungkapkan sebagai ‘seorang yang…’, tetapi makna –ed harus dinyatakan dengan istilah teknis ‘past tense’.
Perbedaan ketiga antara infleksi dan derivasi ialah bahwa imfleksi bianyasanya disususun ke dalam suatu paradigma, sedangkan derivasi tidak. Berikut dikemukakan contoh dalam bahasa Spanyol.
Tunggal Jamak
Orang pertama ando andames
Orang kedua andas andais
Orang ketiga anda andan
Ada dua kategori gramatikal yang terdapat dalam paradigma ini, yaitu, person (orang) dan jumlah. Karena setiap bentuk dinyatakan dengan kombinasi orang dan jumlah. Maka kedua kategori gramatikal memungkinkan kita mengklasifikasikan keenema bentuk itu dengan cara yang sistematis. Inilah hakikat paradigma: terdiri atas himpunan bentuk yang diklasifikasikan secara silang melalui himpunan kategori gramatikal.
Kasifikasi silang bentuk-bentuk dalam paradigma adalah ciri morfologi infleksional, bukan ciri morfologi derivasional. Morfologi derivasional mengelompokkan kata-kata kedalam pasangan-pasangan namun tidak pernah kehimpunan-himpunan yang lebih besar.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar