Selasa, 06 Desember 2011

filsafat ibnu maskawaih

A.Biografi Ibn Maskawaih
Nama lengkapnya adalah Abu ali al khasim ibn Muhammad ibn ya’qub ibn miskawaih.ia lahir di kota RAY (Iran) pada 320 h (932 M) dan wafat di asfahan pada 9 safar 421 H (16 februari 1030 M).ia belajar sejarah kepada abu bakar ahmad Ibn Kamil Al- qadhi (350/960) tentang buku tarikh al-thabari,dan belajar filsafat kepada Ibn al-Khamma,seorang komentator terkenal mengenai filsafat Aristoteles.
Perihal kemajusiannya,sebalum islam,banyak dipersoalkan oleh pengarang,Jurji Zaidan misalnya ada pendapat bahwa ia adalah Majusi,lalu memeluk islam. sedangkan yaqut dan pengarang Dairah al -Ma’arif al-Islamiyyah kurang setuju dengan pendapat itu.menurut mereka,neneknya lah yang Majusi,kemudian memeluk islam. Artinya Ibn Miskawaih sendiri lahir dalam keluarga islam,sebagai terlihat dari nama bapaknya,Muhammad.
Ia juga di duga beraliran Syi’ah,karena sebagian besar usianya di habiskan untuk mengabdi kepada pemerintah Dinasti Buwaihi. Dia mencurahkan tahun-tahun terakhir dari hidupnya untuk studi dan menulis.
Kendatipun disiplin ilmunya meliputi kedokteran,bahasa,sejarah,dan filsafat,tetapi ia lebih popular sebagi filsuf akhlak (Al-Falsafah Al-‘Amaliyyah),ketimbang sebagai filsuf ketuhanan (Al-Falsafah Al-Nazhariyyah Al-Ilahiyyah). Agaknya ini dimotivasi oleh situasi masyarakat yang kacau di masanya,sebagai akibat minuman keras,perzinahan,hidup glomour,dan lain-lain.
karya-karya ibn miskawaih di antaranya sebagai berikut :
1.Al-Fauz Al-Akbar,
2.Al-Fauz Al-Ashgar,
3.Tajarib Al-Umam (sebuah sejarah tentang banjir besar yang ditulisnya pada tahun 369 H/979 M);
4.Uns Al-Farid (koleksi anekdot,syair,pribahasa,da kata-kata hikmah);
5.Tartib Al-Sa’adah (tentang akhlak dan politik);
6. Al-Mustaufa (sya’ir-sya’ir pilihan);
7.Jawidan Khirad (koleksi ungkapan bijak);
8.Al-Jami’;
9.Al-Siyar ( tentang tingkah laku kehidupan);
10.On The Simple Drugs (tentang kedokteran);
11.On The Composition Of The Bajats (seni memasak);
12.Kitab Al-Asyribah (tentang minuman);
13.Tahdzib Al-Akhlaq (tentang akhlak);
14.Risalah Fi Al-Lazza Wa Al-Alam Fi Jauhar Al- Nafs;
15. Ajwibah Wa As ‘Ilah Fi Al-Naf Wa Al-‘Aql;
16. Al-Jawab Fi Al-Masa’il Al- Tsalats;
17.Risalah Fi Jawab Fi Su’al Ali Ibn Muhammad Abu Hayyan Al-Shufi Fi Haqiqah Al- Aql; dan
18.Thahara Al-Nafs;

B.Filsafat Ibn Miskawaih
1 .Metafisika
Tuhan menurut Ibn Miskawaih adalah zat yang tidak berjisim,azali dan pencipta. Tuhan esa dalam segala aspek.Tuhan tidak terbagi-bagi karena tidak mengandung kejamakan dan tidak satupun yang setara denganNYA.Tuhan ada tanpa diadakan, dan ada-NYA tidak tergantung kepada yang lain, sedangkan yang lain membutuhkanNYA.
Tuhan menurutnya adalah penggerak pertama yang tidak bergerak dan pencipta yang tidak berubah-ubah. Ia bersifat abadi dan non-materi, serta berbeda dengan entitas apa pun yang tunduk kepada hukum perubahan, semakin bebas sesuatu dari materi, semakin tidak dapat berubah ia. Karena itu tuhan yang secara mutlak bebas dari materi, secara mutlak tidak berubah, dan kebebasan sempurna tuhan dari materialitas lah yang membuat kita tidak mungkin menggambarkan-NYA dengan istilah apa pun.
2. Teori Emanasi
Menurut Ibn Miskawaih , entitas pertama yang memancar dari tuhan ialah ’Aql Fa’al (Akal Aktif). Akal Aktif ini tanpa perantara sesuatu pun. Ia kekal , sempurna, dan tak berubah. Dari Akal Aktif ini timbul jiwa dan dengan perantaraan jiwa pula timbul Planet (Al-Falaq). pancaran yang terus menerus dari Tuhan dapat memelihara tatanan di alam ini,sekiranya pancaran Tuhan di maksud terhenti,maka berakhirlah kemaujudan dan kehidupan di alam ini.
3. Teori Evolusi
Ibn Miskawaih juga mengemukakan teori evolusi yang secara mendasar sama dengan Ikhwan Al-Shafa’. Teori ini terdiri atas empat tahapan evolusi,yang dapat di jelaskan sebagai berikut : kombinasi subtansi-subtansi primer menghasilkan dunia mineral (evolusi mineral), bentuk kehidupan yang paling rendah. Suatu tahap evolusi lebih tinggi dicapai di dalam dunia tumbuh-tumbuhan. Yang pertama muncul ialah rerumputan yang spontan,kemudian tanaman,dan berbagi jenis pepohonana (seprti kurma),beberapa di antaranya menyentu daerah berbatas dunia hewan, sampai mereka mewujudkan ciri-ciri hewaniah tertentu. Di antara dunia tumbuhan dan dunia hewan terdapat suatu bentuk kehidupan tertentu, yang bukan kehidupan hewan dan bukan pula kehidupan tumbuhan,namun mempunyai ciri-ciri hewaniah dan ciri-ciri tetumbuhan (misalnya koral/batu karang). Langkah pertama diluar tahap kehidupan antara ini ialah perkembangan daya gerak,dan indera perba pada cacing-cacing kecil yang merayap di atas bumi. Disebabkan oleh proses diferensiasi,indera peraba mengembangkan bentuk-bentuk indera lain sampai mencapai dunia hewan yang lebih tinggi, yang di dalamnya intelegensi mulai menyatakan dirinya dalam sebuah skala yang meninggi. Kemanusian teraba pada kera yang mengalami perkembangan yang lebih jauh, dan berangsur-angsur mengembangkan ketegakan tubuh dan daya pemahaman yang serupa dengan manusia. Di sini kehewanan berakhir, dan kemanusian bermula.
4. Kenabian
Menurut Ibn Miskawaih, Nabi adalah manusia pilihan yang memperoleh hakikat-hakikat kebenaran, karena pengaruh Akal Aktif atas daya imjinasinya. Hakikat-hakikat yang sama diperoleh juga oleh Filsuf. Perbedaan terletak pada cara memperolehnya. Para filsuf memperoleh kebenaran dari bawah ke atas,yaitu dari daya inderawi naik ke daya khayal, dan naik lagi ke daya pikir sehingga dapat berhubungan dan menangkap hakikat-hakikat kebenaran dari Akal Aktif. Sedangkan para Nabi memperoleh langsung dari Akal Aktif sebagai rahmat Tuhan. Jadi, sumber kebenaran yang di peroleh oleh Nabi dan filsuf adalah sama, yaitu Akal Aktif. pemikiran ini sejalan dengan pemikiran Al-Farabi. Oleh karena kebenaran itu satu, baik yang pada Nabi maupun yang pada filsuf, maka yang paling awal menerima dan mengakui apa yang dibawa Nabi adalah filsuf, karena Nabi membawa ajaran yang tidak bertentangan dengan akal. Manusia perlu kepada Nabi untuk mengetahui hal-hal yang bermanfaat yang dapat membawanya kepada kebahagian di dunia dan akhirat.
5. Moral
Menurut Ibn Miskawaih, moral atau akhak adalah sutu sikaf mental (Halun Al-Nafs) yang mengandung daya dorong untuk berbuat tanpa berpikir dan pertimbangan. sikaf mental ini terbagi dua, ada yang berasal dari watak dan ada pula yang berasal dari kebiasaan dan latihan. Dengan demikian, sangat penting menegakkan akhlak yang benar dan sehat. Sebab dengan landasan yang begitu akan melahirkan perbuatan-perbuatan baik tanpa kesulitan.
Akhlak terpuji sebagai manifestasi dari watak tak banyak dijumpai. Yang banyak dijumapi dikalangan manusia adalah mereka yang memiliki sifat-sifat yang kurang terpuji (asyrar) karena watak. Bagi ibn miskawaih akhlak yang tercela bisa berubah menjadi akhlak yang terpuji dengan jalan pendidikan dan latihan-latihan.
Ibn miskawaih menolak pendapat sebagian pemikiran yunani yang mengatakan akhlak berasal dari watak tidak mungkin berubah. Oleh Ibn Miskawaih ditegaskan kemungkinan perubahan akhlak itu terutama melalui pendidikan. Dengan demikian, dijumpai di tengah masyarakat ada orang memiliki akhlak yang dekat kepada malaikat dan ada pula yang lebih dekat kepada hewan.
Pemikiran seperti ini sejalan dengan ajaran islam. Al-quran dan hadis sendiri menyatakan secara gamblang bahwa kedatangan nabi Muhammad adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Hal ini terlihat dari salah satu tujuan melakukan ibadah adalah untuk pembentukan watak yang pada gilirannya akan memperbaiki tingkah laku masyarakat dan pribadi muslim.
6. Jiwa
Menurut Ibn Miskawaih jiwa adalah jauhar rohani yang kekal,tidak hancur dengan sebab kematian jasad. Jiwa dapat menangkap keberadaan zatnya dan mengetahui tentang ketahuan dan keaktivitasannya. Sebagai argumen, Ibn Miskawaih memajukan bahwa jiwa dapat menangkap bentuk sesuatu yang berlawanan dalam waktu yang bersamaan, seperi warna hitam dan putih, sedangkan jasad tidak dapat melakukan yang demikian. bahkan menurut Ibn Miskawaih, kebahagian dan kesengsaraan di akhirat nanti hanya dialami oleh jiwa saja, karena kelezatan jasmani bukanlah kelezatan hakiki.
7. Sejarah
Adapun pemikiran Ibn Miskawaih tentang sejarah bersifat filosofis, ilmiah, dan kritis. Menurutnya, sejarah bukanlah sekedar narasi yang hanya mengungkapkan keberadaan diri raja-raja dan menghiburnya, tetapi lebih jauh merupakan pencerminan struktur politik, ekonomi masyarakat pada masa tertentu. Atau dapat dikatakan bahwa sejarah merupakan rekaman bangsa-bangsa atau Negara-negara tentang pasang surut kebudayaannya. Sejarah tidak hanya mengumpulkan kenyataan-kenyataan yang telah lampau menjadi suatu kesatuan organik, tetapi juga menentukan bentuk sesuatu yang akan datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar